BAB I
A. PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang Masalah.
Pada dasarnya atau sesuai
kodratnya, manusia adalah makhluk sosial/bermasyarakat yang menurut Aristoteles
disebut sebagai “Zoon Politicon”, sehingga pada dasarnya manusia tidak bisa
hidup wajar dengan menyendiri.[1]
Hampir sebagian besar tujuannya dapat dipenuhi jika manusia berhubungan dengan
manusia dan orang lain. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sifat kodrati
manusia dalam memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Dalam usahanya itu, seorang
individu pergi berkelompok dan memasuki suatu kelompok atau sebuah organisasi
tertentu. Kemudian kelompok itu menghimpun manusia dengan segala kelebihan atau
kekurangannya.
Menjadi tradisi bahwa masyarakat
sejak beraba-abad yang lampau senantiasa menciptakan komunitas-komunitas kecil
atau besar dengan simbol-simbol tersendiri. Komunitas atau kelompok masyarakat
diikat oleh suatu peraturan atau ketentuan yang harus ditaati, inilah yang
dimaksud dengan organisasi. Pernyataan ini menciptakan pertanyaan, apakah sama
kelompok masyarakat dengan organisasi?
Di tengah peliknya pendidikan
dewasa ini, banyak kendala yang dihadapi serta harapan ke depam, diperlukan
pemimpin yang handal untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan. Untuk
itu sebuah organisasi yang di pimpin seorang individu yang berkompeten dan
professional. Oleh karena itu kehidupan organisasi sangat bergantung peran
pemimpin dan dukungan bawahannya.
Secara fenomenologis, kelompok
dengan organisasi sangat sulit dibedakan misalnya, komunitas dikatakan kelompok
bisnis, kelompok birokrasi, kelompok politik, tetapi di lain pihak juga dapat
dikatakan organisasi bisnis, organisasi
birokrasi, organisasi politik, dan lain sebagainya. Hal semacam inilah
merupakan keajaiban ilmu pengetahuan, di mana pandangan ilmuwan administrasi
lebih populer dengan menggunakan istilah organisasi, sedangkan bagi ilmuwan
sosiologi lebih populer dengan menggunakan istilah komunitas masyarakat. Untuk
membedakan istilah ini secara jelas hanya berada dalam alam pikiran manusia,
yang kemudian mewujudkannya dalam wujud simbol-simbol. Oleh karena itu, kadang
penjelasan yang diucapkan para ilmuwan tentang suatu simbol yang dapat
dipersepsikan setiap orang dengan caranya masing-masing, wujudnya sangat
tergantung pengalaman, jalan pikiran, kebiasaan-kebiasaan yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari.[2]
2.
Rumusan
Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a.
Apa
hakikat individu?
b.
Apa
hakikat kelompok?
c.
Apa
hakikat organisasi?
d.
Bagaimana korelasi antara individu, kelompok dan
organisasi?
3.
Tujuan
Masalah.
Maka tujuan masalah tersebut sebagai berikut:
a.
Untuk
mengetahui hakikat individu.
b.
Untuk
mengetahui hakikat kelompok.
c.
Untuk
mengetahui hakikat organisasi.
d.
Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara individu,
kelompok dan organisasi.
B. PEMBAHASAN
1.
Hakikat
Individu.
Individu berasal dari kata latin individum
yang artinya tidak terbagi. Individu menekankan penyelidikan kepada
kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan
manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak
dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perseorangan.[3]
Arti
lainnya adalah sebagai pengganti “orang seorang” atau manusia perorangan.
Disini terlihat bahwa sifat dan fungsi manusia, sebagaimana ia hidup di
tengah-tengah individu lain dalam masyarakat. Individu adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, malainkan
juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.[4]
Terdapat tiga aspek yang melekat
sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek
psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu
aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku
menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma
kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan
ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).[5]
Individu tidak akan jelas
identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar belakang
keberadaannya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk
membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai
dengan perilaku yang telah ada pada dirinya. Manusia sebagai individu selalu
berada di tengah-tengah kelompok yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi
pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya
pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan
pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
Pengaruh lingkungan masyarakat
terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah
besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi
masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya
dengan manusia.[6]
2.
Hakikat
Kelompok.
Kelompok adalah kolektivitas.
Kelompok adalah kumpulan orang yang dapat berlari, berteriak, dan berbaur bersama.
Namun dalam hal ini, kolektivitas adalah orang yang tidak dapat membuat
keputusan atau melakukan tindakan atas nama sendirinya, dan kawasannya samar
atau membingungkan.[7]
Kelompok merupakan sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok
diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat
untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Ada beberapa para ahli yang memberikan
definisi tentang kelompok, antara lain sebagai berikut:[8]
1)
Menurut
Hernert Smith bahwa “kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa
individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara
dan atas dasar kesatuan persepsi”.
2)
Menurut
DeVito (1997) kelompok merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi
semua anggota untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling
berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki
semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok mengembangkan
norma-norma, atau peraturan yang mengidentifikasi tentang apa yang dianggap
sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.
3)
Menurut
Joseph S. Roucek Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara
mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
4)
Sedangkan
menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih,
yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai
sasaran-sasaran tertentu. Memandang kelompok dari empat kelompok prespektif,
diantaranya [9]:
1) Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang
yang saling berinteraksi satu sama lain,
dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari anggota lain.
2) Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem
menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran hubungan di antara
anggota.
3) Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang
keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
4)
Dari sisi interaksi,
menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah interaksi dalam bentuk
interpedensi.
Setiap kelompok mengembangkan
norma-normanya sendiri. Kalau individu-individu ini bergabung dalam suatu
kelompok, maka individu ini dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang
lain. Kelompok itu akan memperoleh sifat-sifat sebagai hasil dari interaksi
anggota-anggota. “Kepribadian kelompok” ini akan mempengaruhi cara partisipasi
anggota dan cara berhubungan satu sama lain.[10]
Dan norma-norma yang terbentuk mencerminkan dan menentukan bagaimana kita
berbicara, kepada siapa kita berbicara, bagaimana kita berpakaian, dimana dan
bagaimana kita duduk, mengenai apa kita berbicara, perasaan-perasaan apa yang
kita alami, bagaimana kita menyatakannya dan sebagainya.
Dalam kenyataannya, kita seringkali
melihat perbedaan sikap dan pandangan dalam setiap individu. Manusia seringkali
mempersepsikan hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Para individu
cenderung memusatkan perhatian mereka pada persoalan bagaimana mereka akan mendapatkan
pengaruhnya secara pribadi, daripada memandang gambaran secara lebih luas
tentang perubahan organisasi dimana ia bekerja.[11]
Oleh karenanya, penyesuaian terhadap norma yang berlaku sangat penting, jika
anggota-anggota kelompoknya hendak bekerjasama dalam mencapai sebuah tujuan.
3.
Pengertian
Organisasi.
Ketika kelompok telah memiliki
keputusan dan tindakan kolektif, kemudian individu bertindak dan memutuskan,
tetapi mereka tetap melakukan sesuatu untuk kolektivitas dalam wujud peraturan
untuk melakukan sesuatu untuk keputusan, delegasi, dan keanggotaan. Apabila
anggota kolektivitas telah membuat peraturan semacam ini, maka mereka telah
berorganisasi.[12]
Kata Organisasi
berasal dari bahasa Yunani ”Organon” dan istilah Latin ”Organum”
yang berarti alat, bagian, anggota atau badan. [13] ”Organizing” adalah pengorganisasian atau dalam
istilah arabnya disebut "At tanziem" التنظيم
. [14] Istilah Organisasi mempunyai dua pengertian umum yakni, pertama,
Organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya
sebuah perusahaan, madrasah, perkumpulan, dan lain sebagainya. Kedua,
istilah ini merujuk pada pengorganisasian, yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan
dialukasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai
secara efektif.[15]
Organisasi adalah kesatuan (entity)
sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi,
yang bekerja keras atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan.[16]
Suatu organisasi mengandung empat
karakteristik, yaitu: 1) Adanya koordinasi usaha, 2) Mempunyai tujuan bersama,
3) Terdapat pembagian kerja, dan 4) Adanya hierarki kekuasaan. Dengan hierarki
kekuasan tersebut, di dalam organisasi terdapat unity of command atau
kesatuan perintah sehingga terdapat kejelasan bahwa seorang pekerja hanya
melapor pada line manajer, yang memiliki kuasa dalam membuat keputusan
organisasi ini.[17] Bahkan,
organisasi diyakini dapat membantu dalam mencapai kepuasannya, sebagaiman fungsi
dan tujuan organisasi yaitu:[18]
1.
Untuk
memecahkan masalah kesepian/kebingungan jiwanya, ia memasuki
organisasi/kelompok pengajian/persembahyangan, dan sebagainya.
2.
Untuk
memecahkan masalah. Seperti contoh kesulitan belajar matematika/bahasa inggris,
maka ia memasuki kelompok belajar matematika/bahasa inggris.
3.
Ada
juga yang memasuki kelompok negative untuk memecahkan masalah kesepian jiwa
dengan para peminum, pejudi, pengisap gaja, narkoba dan lainnya.
4.
Untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarganya, seseorang memilih memasuki organisasi
PKK, Keluarga Berencana dan sebagainya.
Pengorganisasian sebagai proses
membagi kerja kedalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu
kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumberdaya,
serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan
organisasi. Menurut Stoner, struktur organisasi dibangun oleh lima unsur,
yaitu: [19]
a.
Spesialisasi aktifitas
mengacu pada spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di seluruh organisasi
atau pembagian kerja dan penyatuan tugas tersebut kedalam unit kerja
(departementalisasi).
b.
Standardisasi aktifitas
merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin kelayakgunaan
aktifitas. Menstandardisasi berarti menjadikan seragam dan konsisitem pekerjaan
yang harus dilakukan bawahan, biasanya dengan menggunakan peraturan, uraian
jabatan, dan program seleksi, orientasi kerja, keterampilan kerja.
c.
Koordinasi aktifitas
adalah prosedur yang memadukan fungsi-fungsi dalam organisasi, seperti fungsi
primer dalam suatu badan usah, pemasaran, produksi dan penjualan merupakan
fungsi garis yang secara langsung menyumbangkan pada pencapaian tujuan
organisasi memerlukan koordinasi.
d.
Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan
keputusan mengacu pada lokasi kekuasaan
pengambilan keputusan. Sentralisasi adalah proses kosentrasi wewenang dan
pengambilan keputusan pada tngkat atas suatu organisasi. Keuntungan sistem
sentralisasi antara lain pengaturan yang sama bagi semua unit dalam organisasi.
Kelemhannya, bawahan tidak berkembang dan putusan oleh atasan menyita waktu
lama, terlebih jika data ada pada bawahan. Untuk mengatasi hal itu, dilakukan
pendelegasian wewenang pada semua tingkat organisasi yang disebut
desentralisasi.
e.
Ukuran unit kerja
mengacu pada jumlah pegawai dalam suatu kelompok kerja. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengorganisasian menyangkut penentuan pekerjaan, pembgian
kerja, penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan, salah satu hasil
dari proses ini adalah struktur organisasi yang merupakan prosedur formal
manejemen organisasi.
Mengingat betapa pentingnya peran
organisasi di masyarakat dalam mensukseskan pembangunan nasional Republik
Indonesia, maka pengorganisasiannya, pembinaannya, termasuk pemilihan
personel-personel pengurusannya mendapat perhatian serius. Menurut Hicks dan
Gullet bahwa pengorganisasian adalah proses di mana struktur organisasi
diciptakan dan dipelihara. Proses ini meliputi kegiatan menetapkan kegiatan
yang diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.
4.
Korelasi Antara Individu,
Kelompok dan Organisasi
Setiap individu
dalam kehidupannya mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda, sehingga
dengan sifat dan karakteristik setiap individu yang berbeda-beda, tentunya akan
mempunyai potensi yang besar pula apabila diwujudkan kedalam suatu kepentingan
dan tujuan bersama atau kelompok atau bahkan dalam sebuah organisasi. Setelah
setiap individu masuk kedalam kepentingan dan tujuan kelompokatau organisasi,
maka perilaku mereka akan menjadi perilaku kelompok atau organisasi untuk
mencapai tujuan bersama.
Hubungan antara individu, kelompok dalam
organisasi menciptakan harapan-harapan bagi perilaku individu. Harapan-harapan
ini mengahsilkan peranan-peranann tertentu yang harus dijalankan. Sebagaian
harus berperan sebagai pemimpin, sementara yang lainnya berperan sebagai
pengikut. Organisasi mempunya sistem wewenang, status dan kekuasaan; dan
orang-orang di dalam organisasi itu mempunyai kebutuhan yang beraneka dari
setiap sistem. Kelompok di dalam organisasi pun mempunyai dampak yang sangat
kuat terhadap perilaku individu dan terhadap prestasi organisasi.
Keterlibatan individu, kelompok dalam
organisasi akan membentuk struktur dan dapat mempengaruhi perilaku organisasi.
Struktur sering digambarkan melalui bagan organisasi. Bagan itu sedikitnya
menceritakan proses kerja organisasi. Proses berkenaan dengan aktivitas
kehidupan organisasi, komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi prestasi
kerja, sosialisasi dan pengembangan karier adalah proses dalam setiap
organisasi. Kadang-kadang terjadi kesalahan pemahaman proses seperti gangguan
komunikasi, pengambilan keputusan atau sistem evaluasi prestasi kerja yang
disusun secara kurang baik, dapat menghasilkan pengertian yang lebih tepat atas
perilaku organisasi daripada hanya mengkaji tatanan struktural[20]
Hubungan individu, kelompok dalam
organisasi menunjukan kaitan antara tanggungjawab, wewenag dan pelaporan atau
akontabilitas. Akontabilitas adalah keharusan mempertanggungjwabkan pelaksanaan
tugas yang mengacu pada sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi.
Bentuk-bentuk hubungan dalam organisasi pada umumnya sangat banyak dan
bervariasi. Dari beberapa teori
tersebut kemudian muncullah beberapa macam struktur organisasi. Struktur dan
pola yang ada pada teori organisasi tersebut kemudian diadopsi kedalam sistem
pendidikan Islam.
Berikut penulis
paparkan beberapa model organisasi yang dapat dipergunakan dalam
pengorganisasian pendidikan:
Ø Bagan struktur organisasi garis dan staf pendidikan

Organisasi
garis staf terdiri atas dua kelompok orang-orang yang berpengaruh dalam
menjalankan roda organisasi. Kelompok pertama menjalankan tugas-tugas pokok
organisasi untuk mencapai tujuan, yang di tempatkan dalam kotak –kotak garis
(Line), sedangkan kelompok yang kedua, melakukan tugas-tugas berdasarkan
keahliannya yang di sebut staf. Staf dapat memberikan saran-sarannya kepada
unit operasional. Dalam organisasi ini terdapat spesialisasi yang beraneka
ragam.Dalam melaksanakan tugasnya, anggota garis dapat menerima saran dari
staf. Saran staf dapat dijadikan pedoman pelaksanaan.
Husaini
Usman[21] menyebutkan beberapa keuntungan dan
kerugian menggunakan struktur organisasi garis dan staf. Keuntungan penggunaan
organisasi struktur garis dan staf antara lain adalah: (1) pembagian tugas yang
jelas antara orang-orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dengan tugas
menunjang, (2) keputusan biasasnya di ambil dengan pertimbangan yang matang
oleh semua anggota organisasi, (3) kemampuan dan bakat yang berbeda-beda dapat
saling mengisi, (4) ahli-ahli dalam sataf dapat menghasilkan pekerjaan yang
bermutu tinggi, dan (5)pengharargaan terhadap keahlian tinggi, dan (6)
mengurangi beban kerja manajer line dari pekerjaan yang sangat teknis.
Kerugian
menggunakan struktur organisasi garis dan staf antara lain adalah (1)
orang-orang yang berada dalam garis di hadapkan pada dua atasan yaitu atasan
yang berhak memerintah dan pimpinan staf yang berhak memberika\n saran, (2)
saran staf mungkin kurang tepat dan sukar di laksanakan, (3) orang-orang pada
garis cenderung mengabaikan saran staf,dan (4) menimbulkan kekacauan bila tugas
tidak di rumuskan dengan jelas.
Ø
Bagan Struktur
Organisasi Garis (Line Authority struktur)

Organisasi garis
merupakan bentuk tertua organisasi dan paling sederhana. Biasanya terdapat
dalam organisasi yang relatif kecil. Struktur ini tidak cocok di gunakan dalam
organisasi yang besar karena kompleks. Dan luasnya bidang garapan yang harus di
tangani organisasi sehingga memerlukan adanya pendelegasian wewenang kepada bawahannya.[22] Dalam
struktur organisasi garis anggotanya relatif sedikit dan sebagai pimpinan
puncak organisasi biasanya adalah pemiliknya atau pemegang saham yang paling
besar. Struktur organisasi di sebut juga struktur organisasi militer.
Husaini Usman[23] mengemukakan beberapa keuntungan menggunakan struktur
organisasi garis antara lain adalah : (1) Sederhana sehingga mudah di fahami,
(2) Pembagian tugas dan wewenang cukup jelas (menghilangkan keraguan tanggung
jawab dan wewenang, (3) Adanya kesatuan komando sehingga memudahkan
pemeliharaan disiplin dan tanggung jawab, dan (4) Pengambilan keputusan cepat
karena komunikasi mudah.
Kerugian–kerugian
menggunakan struktur organisasi garis antara lain adalah:(1) Tidak luwes( kaku), (2) Kemungkinan otoriter tinggi,(3)Ketergantunga
pada seseorang tinggi sehingga mudah kacau kalau seseorang tidak berfungsi
semestinya, (4) terlalu banyak menumpuki atasan dengan hal-hal kecil dan sangat
teknis. Karena atasan harus menyetujui kegiatan –kegiatan bawahannya dahulu,
dan (5)Merintangi kreativitas bawahan karena bawahan takut ide-idenya tidak di
setujui.
Ada beberapa alasan mengapa
mausia/setiap individu memerlukan kelompok atau membentuk organisasi, yaitu:
a.
Untuk pemuasan kebutuhan
Keinginan
untuk memuaskan kebutuhan menjadi motifasi utama dalam pembentukan kelompok, khususnya
dalam hak keamanan, sosial, harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Khusus
aktualisasi diri ini dapat dipuaskan apabila bergabung dengan kelompok.
b.
Adanya
kedekatan dan daya tarik
Setiap individu memerlukan adany interaksi
antarpribadi, oleh karena itu perlu adanya kedekatan atau daya tarik tertentu
berdasarkan pada persepsi, sikap, prestasi, atau kesamaan motivasi.
c.
Adanya
tujuan kelompok
Setiap manusia pasti emepunyai tujuan dalam
hidupnya, apalagi tujuan tersebut diaplikasikan dalam kelompok akan mempunyai
derajat yang lebih tinggi, manakala setiap keinginan dan tujuan tersebut
menyatu dan menghasilkan tujuan kelompok.
d.
Alasan
ekonomi.
Suatu hal yang dapat diharapkan dari kelompok adalah
kekuatan yang mempunyai nilai lebih. Jika ada motif ekonomi dapat mendorong
adanya kerja kelompok yang lebih optimal, dan jika individu bekerja optimal
maka yang diuntungkan adalah kelompok
Dasar-dasar yang membuat terjadinya
hubungan antar kelompok dalam buku prilaku organisasi karya miftah thoha
yaitu:
a)
Kesempatan
untuk berinteraksi.
Interaksi antar individu akan menimbulkan adanya
daya tarik, dan karena adanya daya tarik antar individu itu akan menimbulkan
hubungan kelompok.
b)
Kesamaan
latar belakang.
Kesamaan latar belakang seperti misalnya: usia,
jenis kelamin, agama, pendidikan, ras kebangsaan, dan lainnya akan memudahkan
dan cenderung membuat individu mau untuk berinteraksi satu sama lain. Kesamaan
latar belakang juga merupakan daya tarik mengapa seseorang melakukan hubungan
dan interaksi sesamanya. Sebagai contoh mahasiswa Malaysia yang belajar di
Indonesia akan cenderung berhubungan dengan sesamanya.
c)
Kesamaan
sikap.
Daya tarik orang-orang yang berinteraksi yang
disebabkan oleh kesamaan sikap dapat diliahat dalam pergaulan-pergaulan: antara
mahasiswa, orang bertetangga, teman sejawat, pasangan yang sudah menikah,
tentara, buruh, dan lain-lain. Kesamaan yang mereka miliki didasarkan dari
pengalaman yang melatarbelakangi itu membawa orang-orang kearah kesamaan sikap.
Dan karena kesamaan sikap itu membuat mereka cenderung bergaul sesamanya.[24]
C. Kesimpulan
Individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Sedangkan kelompok yaitu kumpulan
sejumlah orang yang saling berinteraksi satu
sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari
anggota lain. Istilah Organisasi
mempunyai dua pengertian umum yakni, pertama, Organisasi diartikan
sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, madrasah,
perkumpulan, dan lain sebagainya. Kedua, istilah ini merujuk pada
pengorganisasian, yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialukasikan diantara
para anggota, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
Dalam sebuah
institusi misalnya sekolah, perusahaan, perkumpulan dan sebagainya tentu
memiliki pola manajemen yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Akan
tetapi dari beranekaragamnya proses yang ada tentu memiliki kesamaan yakni
memiliki unsur planning, organizing, actualizing, controlling, serta
elemen-elemen dasar yang akan di dayagunakan dalam sebuah organisasi. Elemen-elemen
dasar menurut G.R. Terry, lazim disingkat dengan "The six M's" atau
"6 M" yang mencakup :
1.
Man
(manusia).
2.
Matrials
(bahan – bahan).
3.
Machines
(mesin-mesin).
4.
Methodes
(metode-metode).
5.
Money
(uang).
6.
Markets
(pasar).
Organisasi yang
baik senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, wewenang dan pengetahuan
dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya antara
individu, kelompok dan organisasi bekerja dalam keselarasan seakan-akan menjadi
sebagian dari keseluruhan yang tidak terpisahkan.
DAFTAR
RUJUKAN
A. Ghaffar.
MS. 1992. Dasar-dasarAdministarsi dan
Supervisi Pengajaran. Padang: Angkasa Raya.
Ary H. Gunawan. 2002.Administrasi
Sekolah. Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Dydet Hardjito.
2001. Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Hendyat Soetopo. 2010. Perilaku
Organisasi. Teori Praktik di Bidang Pendidikan. UIN Malang & PT Rosda
Karya: Bandung.
Hughes,
Ginnet and Curphy. 2002. Leadership; Enhancing The Lesson of
Experience 4thEd.
Husaini Usman. 2004. Manajemen
Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
J. Winardi. 2005. Management of Change (diterjemahkan : Manajemen
Perubahan). Kencana: Jakarta.
James G. Robbins & Barbara S.
Jones.1988. Effective Communication for Today’s Manager (diterjemahkan: Komunikasi
yang Efektif untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan). Jakarta :Pedoman Ilmu
Jaya.
Jawahir
Tanthowi, 1983. Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an. Jakarta
: Pustaka Al-Husna.
M. Manullang. 2005. Dasar-Dasar Manajemen.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Makmur.
2008. Administrasin Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad
Rohman & Sofan Amri. 2012. Manajemen
Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Nanang
Fattah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oteng Sutisna. 1993. Administrasi Pendidikan; Dasar
Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
Stephen
Robbins.2002. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi. Penerbit
Arcan.
Wibowo.
2008. Manajemen Perubahan. Rajawali Pers: Jakarta. Hal: 336
[1] Ary H. Gunawan. 2002.Administrasi
Sekolah. Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal: 216
[2] Makmur. 2008. Administrasin
Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 106
[3] A. Ghaffar. MS.
1992. Dasar-dasarAdministarsi dan Supervisi Pengajaran. Padang:
Angkasa Raya. Hal: 39
[4] Husaini Usman. 2004. Manajemen
Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Hal:101
[6] Dydet
Hardjito. 2001. Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Hal:55
[7] Hendyat. 2010. Perilaku
Organisasi. Teori Praktik di Bidang Pendidikan. UIN Malang & PT Rosda
Karya: Bandung. Hal: 6
[9] Oteng
Sutisna. 1993. Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis Untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa. Hal: 77
[10] James G. Robbins
& Barbara S. Jones.1988. Effective Communication for Today’s Manager (diterjemahkan:
Komunikasi yang Efektif untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan). Pedoman
Ilmu Jaya:Jakarta. Hal: 175
[11] J. Winardi. 2005. Management of Change (diterjemahkan : Manajemen
Perubahan). Kencana: Jakarta. Hal:69
[12] Hendyat Soetopo.
2010. Perilaku Organisasi. Teori Praktik di Bidang Pendidikan. UIN
Malang & PT Rosda Karya: Bandung. Hal:7
[13] M.
Manullang. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Cetakan kedelapan belas. Hal: 59
[14] Jawahir Tanthowi,
1983. Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an. Jakarta : Pustaka
Al-Husna,. Hal:. 69
[15] Nanang Fattah. 2004. Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan ketujuh. Hal: 71
[16] Stephen Robbins.2002.
Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi. Penerbit Arcan. Hal: 4
[17] Wibowo. 2008. Manajemen
Perubahan. Rajawali Pers: Jakarta. Hal: 336.
[18] Ary H. Gunawan. 2002.Administrasi
Sekolah. Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal: 217
[19] Muhammad Rohman &
Sofan Amri. 2012. Manajemen Pendidikan,
Jakarta: Prestasi Pustaka. Hal: 83-86
[20]
http://ema403.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/
[21] Husaini Usman. 2004. Manajemen
Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. Hal: 170-171
[22] Burhanuddin.
1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara. Hal:96
[23] Burhanuddin.
1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara. Hal:169
[24] Hughes, Ginnet and
Curphy. 2002. Leadership; Enhancing The Lesson of Experience 4thEd. Hal:
88-89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar