Rabu, 04 Maret 2015

INDIVIDU, KELOMPOK DAN ORGANISASI



BAB I



A.  PENDAHULUAN
1.    Latar belakang Masalah.
Pada dasarnya atau sesuai kodratnya, manusia adalah makhluk sosial/bermasyarakat yang menurut Aristoteles disebut sebagai “Zoon Politicon”, sehingga pada dasarnya manusia tidak bisa hidup wajar dengan menyendiri.[1] Hampir sebagian besar tujuannya dapat dipenuhi jika manusia berhubungan dengan manusia dan orang lain. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sifat kodrati manusia dalam memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Dalam usahanya itu, seorang individu pergi berkelompok dan memasuki suatu kelompok atau sebuah organisasi tertentu. Kemudian kelompok itu menghimpun manusia dengan segala kelebihan atau kekurangannya.
Menjadi tradisi bahwa masyarakat sejak beraba-abad yang lampau senantiasa menciptakan komunitas-komunitas kecil atau besar dengan simbol-simbol tersendiri. Komunitas atau kelompok masyarakat diikat oleh suatu peraturan atau ketentuan yang harus ditaati, inilah yang dimaksud dengan organisasi. Pernyataan ini menciptakan pertanyaan, apakah sama kelompok masyarakat dengan organisasi?
Di tengah peliknya pendidikan dewasa ini, banyak kendala yang dihadapi serta harapan ke depam, diperlukan pemimpin yang handal untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan. Untuk itu sebuah organisasi yang di pimpin seorang individu yang berkompeten dan professional. Oleh karena itu kehidupan organisasi sangat bergantung peran pemimpin dan dukungan bawahannya.
Secara fenomenologis, kelompok dengan organisasi sangat sulit dibedakan misalnya, komunitas dikatakan kelompok bisnis, kelompok birokrasi, kelompok politik, tetapi di lain pihak juga dapat dikatakan organisasi bisnis, organisasi  birokrasi, organisasi politik, dan lain sebagainya. Hal semacam inilah merupakan keajaiban ilmu pengetahuan, di mana pandangan ilmuwan administrasi lebih populer dengan menggunakan istilah organisasi, sedangkan bagi ilmuwan sosiologi lebih populer dengan menggunakan istilah komunitas masyarakat. Untuk membedakan istilah ini secara jelas hanya berada dalam alam pikiran manusia, yang kemudian mewujudkannya dalam wujud simbol-simbol. Oleh karena itu, kadang penjelasan yang diucapkan para ilmuwan tentang suatu simbol yang dapat dipersepsikan setiap orang dengan caranya masing-masing, wujudnya sangat tergantung pengalaman, jalan pikiran, kebiasaan-kebiasaan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.[2]

2.    Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a.       Apa hakikat individu?
b.      Apa hakikat kelompok?
c.       Apa hakikat organisasi?
d.      Bagaimana korelasi antara individu, kelompok dan organisasi?

3.    Tujuan Masalah.
Maka tujuan masalah tersebut sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui hakikat individu.
b.      Untuk mengetahui hakikat kelompok.
c.       Untuk mengetahui hakikat organisasi.
d.      Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara individu, kelompok dan organisasi.

B.  PEMBAHASAN
1.    Hakikat Individu.
Individu berasal dari kata latin individum yang artinya tidak terbagi. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.[3]
Arti lainnya adalah sebagai pengganti “orang seorang” atau manusia perorangan. Disini terlihat bahwa sifat dan fungsi manusia, sebagaimana ia hidup di tengah-tengah individu lain dalam masyarakat. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.[4]
Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).[5]
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar belakang keberadaannya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya. Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.[6]

2.    Hakikat Kelompok.
Kelompok adalah kolektivitas. Kelompok adalah kumpulan orang yang dapat berlari, berteriak, dan berbaur bersama. Namun dalam hal ini, kolektivitas adalah orang yang tidak dapat membuat keputusan atau melakukan tindakan atas nama sendirinya, dan kawasannya samar atau membingungkan.[7]
Kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Ada beberapa para ahli yang memberikan definisi tentang kelompok, antara lain sebagai berikut:[8]
1)   Menurut Hernert Smith bahwa “kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
2)   Menurut DeVito (1997) kelompok merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok mengembangkan norma-norma, atau peraturan yang mengidentifikasi tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.
3)   Menurut Joseph S. Roucek Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
4)   Sedangkan menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Memandang kelompok dari empat kelompok prespektif, diantaranya [9]:
1)   Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang  saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari anggota lain.
2)   Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran hubungan di antara anggota.
3)   Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
4)   Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah interaksi dalam bentuk interpedensi.
Setiap kelompok mengembangkan norma-normanya sendiri. Kalau individu-individu ini bergabung dalam suatu kelompok, maka individu ini dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain. Kelompok itu akan memperoleh sifat-sifat sebagai hasil dari interaksi anggota-anggota. “Kepribadian kelompok” ini akan mempengaruhi cara partisipasi anggota dan cara berhubungan satu sama lain.[10] Dan norma-norma yang terbentuk mencerminkan dan menentukan bagaimana kita berbicara, kepada siapa kita berbicara, bagaimana kita berpakaian, dimana dan bagaimana kita duduk, mengenai apa kita berbicara, perasaan-perasaan apa yang kita alami, bagaimana kita menyatakannya dan sebagainya.
Dalam kenyataannya, kita seringkali melihat perbedaan sikap dan pandangan dalam setiap individu. Manusia seringkali mempersepsikan hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Para individu cenderung memusatkan perhatian mereka pada persoalan bagaimana mereka akan mendapatkan pengaruhnya secara pribadi, daripada memandang gambaran secara lebih luas tentang perubahan organisasi dimana ia bekerja.[11] Oleh karenanya, penyesuaian terhadap norma yang berlaku sangat penting, jika anggota-anggota kelompoknya hendak bekerjasama dalam mencapai sebuah tujuan.

3.    Pengertian Organisasi.
Ketika kelompok telah memiliki keputusan dan tindakan kolektif, kemudian individu bertindak dan memutuskan, tetapi mereka tetap melakukan sesuatu untuk kolektivitas dalam wujud peraturan untuk melakukan sesuatu untuk keputusan, delegasi, dan keanggotaan. Apabila anggota kolektivitas telah membuat peraturan semacam ini, maka mereka telah berorganisasi.[12]
Kata Organisasi berasal dari bahasa Yunani ”Organon” dan istilah Latin ”Organum” yang berarti alat, bagian, anggota atau badan. [13]Organizing” adalah pengorganisasian atau dalam istilah arabnya disebut "At tanziem" التنظيم . [14] Istilah Organisasi mempunyai dua pengertian umum yakni, pertama, Organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, madrasah, perkumpulan, dan lain sebagainya. Kedua, istilah ini merujuk pada pengorganisasian, yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialukasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.[15]
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah  batasan yang relative dapat diidentifikasi, yang bekerja keras atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.[16]
Suatu organisasi mengandung empat karakteristik, yaitu: 1) Adanya koordinasi usaha, 2) Mempunyai tujuan bersama, 3) Terdapat pembagian kerja, dan 4) Adanya hierarki kekuasaan. Dengan hierarki kekuasan tersebut, di dalam organisasi terdapat unity of command atau kesatuan perintah sehingga terdapat kejelasan bahwa seorang pekerja hanya melapor pada line manajer, yang memiliki kuasa dalam membuat keputusan organisasi ini.[17] Bahkan, organisasi diyakini dapat membantu dalam mencapai kepuasannya, sebagaiman fungsi dan tujuan organisasi yaitu:[18]
1.      Untuk memecahkan masalah kesepian/kebingungan jiwanya, ia memasuki organisasi/kelompok pengajian/persembahyangan, dan sebagainya.
2.      Untuk memecahkan masalah. Seperti contoh kesulitan belajar matematika/bahasa inggris, maka ia memasuki kelompok belajar matematika/bahasa inggris.
3.      Ada juga yang memasuki kelompok negative untuk memecahkan masalah kesepian jiwa dengan para peminum, pejudi, pengisap gaja, narkoba dan lainnya.
4.      Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya, seseorang memilih memasuki organisasi PKK, Keluarga Berencana dan sebagainya.
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja kedalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumberdaya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Menurut Stoner, struktur organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu: [19]
a.    Spesialisasi aktifitas mengacu pada spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di seluruh organisasi atau pembagian kerja dan penyatuan tugas tersebut kedalam unit kerja (departementalisasi).
b.    Standardisasi aktifitas merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin kelayakgunaan aktifitas. Menstandardisasi berarti menjadikan seragam dan konsisitem pekerjaan yang harus dilakukan bawahan, biasanya dengan menggunakan peraturan, uraian jabatan, dan program seleksi, orientasi kerja, keterampilan kerja.
c.    Koordinasi aktifitas adalah prosedur yang memadukan fungsi-fungsi dalam organisasi, seperti fungsi primer dalam suatu badan usah, pemasaran, produksi dan penjualan merupakan fungsi garis yang secara langsung menyumbangkan pada pencapaian tujuan organisasi memerlukan koordinasi.
d.   Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan mengacu pada lokasi kekuasaan pengambilan keputusan. Sentralisasi adalah proses kosentrasi wewenang dan pengambilan keputusan pada tngkat atas suatu organisasi. Keuntungan sistem sentralisasi antara lain pengaturan yang sama bagi semua unit dalam organisasi. Kelemhannya, bawahan tidak berkembang dan putusan oleh atasan menyita waktu lama, terlebih jika data ada pada bawahan. Untuk mengatasi hal itu, dilakukan pendelegasian wewenang pada semua tingkat organisasi yang disebut desentralisasi.
e.    Ukuran unit kerja mengacu pada jumlah pegawai dalam suatu kelompok kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian menyangkut penentuan pekerjaan, pembgian kerja, penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan, salah satu hasil dari proses ini adalah struktur organisasi yang merupakan prosedur formal manejemen organisasi.
Mengingat betapa pentingnya peran organisasi di masyarakat dalam mensukseskan pembangunan nasional Republik Indonesia, maka pengorganisasiannya, pembinaannya, termasuk pemilihan personel-personel pengurusannya mendapat perhatian serius. Menurut Hicks dan Gullet bahwa pengorganisasian adalah proses di mana struktur organisasi diciptakan dan dipelihara. Proses ini meliputi kegiatan menetapkan kegiatan yang diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.



4.    Korelasi Antara Individu, Kelompok dan Organisasi
Setiap individu dalam kehidupannya mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda, sehingga dengan sifat dan karakteristik setiap individu yang berbeda-beda, tentunya akan mempunyai potensi yang besar pula apabila diwujudkan kedalam suatu kepentingan dan tujuan bersama atau kelompok atau bahkan dalam sebuah organisasi. Setelah setiap individu masuk kedalam kepentingan dan tujuan kelompokatau organisasi, maka perilaku mereka akan menjadi perilaku kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Hubungan antara individu, kelompok dalam organisasi menciptakan harapan-harapan bagi perilaku individu. Harapan-harapan ini mengahsilkan peranan-peranann tertentu yang harus dijalankan. Sebagaian harus berperan sebagai pemimpin, sementara yang lainnya berperan sebagai pengikut. Organisasi mempunya sistem wewenang, status dan kekuasaan; dan orang-orang di dalam organisasi itu mempunyai kebutuhan yang beraneka dari setiap sistem. Kelompok di dalam organisasi pun mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap perilaku individu dan terhadap prestasi organisasi.
Keterlibatan individu, kelompok dalam organisasi akan membentuk struktur dan dapat mempengaruhi perilaku organisasi. Struktur sering digambarkan melalui bagan organisasi. Bagan itu sedikitnya menceritakan proses kerja organisasi. Proses berkenaan dengan aktivitas kehidupan organisasi, komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi prestasi kerja, sosialisasi dan pengembangan karier adalah proses dalam setiap organisasi. Kadang-kadang terjadi kesalahan pemahaman proses seperti gangguan komunikasi, pengambilan keputusan atau sistem evaluasi prestasi kerja yang disusun secara kurang baik, dapat menghasilkan pengertian yang lebih tepat atas perilaku organisasi daripada hanya mengkaji tatanan struktural[20]
Hubungan individu, kelompok dalam organisasi menunjukan kaitan antara tanggungjawab, wewenag dan pelaporan atau akontabilitas. Akontabilitas adalah keharusan mempertanggungjwabkan pelaksanaan tugas yang mengacu pada sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Bentuk-bentuk hubungan dalam organisasi pada umumnya sangat banyak dan bervariasi. Dari beberapa teori tersebut kemudian muncullah beberapa macam struktur organisasi. Struktur dan pola yang ada pada teori organisasi tersebut kemudian diadopsi kedalam sistem pendidikan Islam.
Berikut penulis paparkan beberapa model organisasi yang dapat dipergunakan dalam pengorganisasian pendidikan:
Ø Bagan struktur organisasi garis dan staf pendidikan
    
Organisasi garis staf terdiri atas dua kelompok orang-orang yang berpengaruh dalam menjalankan roda organisasi. Kelompok pertama menjalankan tugas-tugas pokok organisasi untuk mencapai tujuan, yang di tempatkan dalam kotak –kotak garis (Line), sedangkan kelompok yang kedua, melakukan tugas-tugas berdasarkan keahliannya yang di sebut staf. Staf dapat memberikan saran-sarannya kepada unit operasional. Dalam organisasi ini terdapat spesialisasi yang beraneka ragam.Dalam melaksanakan tugasnya, anggota garis dapat menerima saran dari staf. Saran staf dapat dijadikan pedoman pelaksanaan.
Husaini Usman[21] menyebutkan beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan struktur organisasi garis dan staf. Keuntungan penggunaan organisasi struktur garis dan staf antara lain adalah: (1) pembagian tugas yang jelas antara orang-orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dengan tugas menunjang, (2) keputusan biasasnya di ambil dengan pertimbangan yang matang oleh semua anggota organisasi, (3) kemampuan dan bakat yang berbeda-beda dapat saling mengisi, (4) ahli-ahli dalam sataf dapat menghasilkan pekerjaan yang bermutu tinggi, dan (5)pengharargaan terhadap keahlian tinggi, dan (6) mengurangi beban kerja manajer line dari pekerjaan yang sangat teknis.
Kerugian menggunakan struktur organisasi garis dan staf antara lain adalah (1) orang-orang yang berada dalam garis di hadapkan pada dua atasan yaitu atasan yang berhak memerintah dan pimpinan staf yang berhak memberika\n saran, (2) saran staf mungkin kurang tepat dan sukar di laksanakan, (3) orang-orang pada garis cenderung mengabaikan saran staf,dan (4) menimbulkan kekacauan bila tugas tidak di rumuskan dengan jelas.
Ø  Bagan Struktur Organisasi Garis (Line  Authority  struktur)
Organisasi garis merupakan bentuk tertua organisasi dan paling sederhana. Biasanya terdapat dalam organisasi yang relatif kecil. Struktur ini tidak cocok di gunakan dalam organisasi yang besar karena kompleks. Dan luasnya bidang garapan yang harus di tangani organisasi sehingga memerlukan adanya pendelegasian wewenang  kepada bawahannya.[22] Dalam struktur organisasi garis anggotanya relatif sedikit dan sebagai pimpinan puncak organisasi biasanya adalah pemiliknya atau pemegang saham yang paling besar. Struktur organisasi di sebut juga struktur organisasi militer.
Husaini Usman[23] mengemukakan beberapa keuntungan menggunakan struktur organisasi garis antara lain adalah : (1) Sederhana sehingga mudah di fahami, (2) Pembagian tugas dan wewenang cukup jelas (menghilangkan keraguan tanggung jawab dan wewenang, (3) Adanya kesatuan komando sehingga memudahkan pemeliharaan disiplin dan tanggung jawab, dan (4) Pengambilan keputusan cepat karena komunikasi mudah.
Kerugian–kerugian menggunakan struktur organisasi garis antara lain adalah:(1) Tidak luwes( kaku), (2) Kemungkinan otoriter tinggi,(3)Ketergantunga pada seseorang tinggi sehingga mudah kacau kalau seseorang tidak berfungsi semestinya, (4) terlalu banyak menumpuki atasan dengan hal-hal kecil dan sangat teknis. Karena atasan harus menyetujui kegiatan –kegiatan bawahannya dahulu, dan (5)Merintangi kreativitas bawahan karena bawahan takut ide-idenya tidak di setujui.
Ada beberapa alasan mengapa mausia/setiap individu memerlukan kelompok atau membentuk organisasi, yaitu:
a.    Untuk pemuasan kebutuhan
Keinginan untuk memuaskan kebutuhan menjadi motifasi utama dalam pembentukan kelompok, khususnya dalam hak keamanan, sosial, harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Khusus aktualisasi diri ini dapat dipuaskan apabila bergabung dengan kelompok.
b.    Adanya kedekatan dan daya tarik
Setiap individu memerlukan adany interaksi antarpribadi, oleh karena itu perlu adanya kedekatan atau daya tarik tertentu berdasarkan pada persepsi, sikap, prestasi, atau kesamaan motivasi.
c.    Adanya tujuan kelompok
Setiap manusia pasti emepunyai tujuan dalam hidupnya, apalagi tujuan tersebut diaplikasikan dalam kelompok akan mempunyai derajat yang lebih tinggi, manakala setiap keinginan dan tujuan tersebut menyatu dan menghasilkan tujuan kelompok.
d.   Alasan ekonomi.
Suatu hal yang dapat diharapkan dari kelompok adalah kekuatan yang mempunyai nilai lebih. Jika ada motif ekonomi dapat mendorong adanya kerja kelompok yang lebih optimal, dan jika individu bekerja optimal maka yang diuntungkan adalah kelompok
Dasar-dasar yang membuat terjadinya hubungan antar kelompok dalam buku prilaku organisasi karya miftah thoha yaitu: 
a)    Kesempatan untuk berinteraksi.
Interaksi antar individu akan menimbulkan adanya daya tarik, dan karena adanya daya tarik antar individu itu akan menimbulkan hubungan kelompok.
b)   Kesamaan latar belakang.
Kesamaan latar belakang seperti misalnya: usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, ras kebangsaan, dan lainnya akan memudahkan dan cenderung membuat individu mau untuk berinteraksi satu sama lain. Kesamaan latar belakang juga merupakan daya tarik mengapa seseorang melakukan hubungan dan interaksi sesamanya. Sebagai contoh mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia akan cenderung berhubungan dengan sesamanya.
c)    Kesamaan sikap.
Daya tarik orang-orang yang berinteraksi yang disebabkan oleh kesamaan sikap dapat diliahat dalam pergaulan-pergaulan: antara mahasiswa, orang bertetangga, teman sejawat, pasangan yang sudah menikah, tentara, buruh, dan lain-lain. Kesamaan yang mereka miliki didasarkan dari pengalaman yang melatarbelakangi itu membawa orang-orang kearah kesamaan sikap. Dan karena kesamaan sikap itu membuat mereka cenderung bergaul sesamanya.[24]

C.  Kesimpulan
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Sedangkan kelompok yaitu kumpulan sejumlah orang yang  saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari anggota lain. Istilah Organisasi mempunyai dua pengertian umum yakni, pertama, Organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, madrasah, perkumpulan, dan lain sebagainya. Kedua, istilah ini merujuk pada pengorganisasian, yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialukasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
Dalam sebuah institusi misalnya sekolah, perusahaan, perkumpulan dan sebagainya tentu memiliki pola manajemen yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Akan tetapi dari beranekaragamnya proses yang ada tentu memiliki kesamaan yakni memiliki unsur planning, organizing, actualizing, controlling, serta elemen-elemen dasar yang akan di dayagunakan dalam sebuah organisasi. Elemen-elemen dasar menurut G.R. Terry, lazim disingkat dengan "The six M's" atau "6 M" yang mencakup :
1.    Man (manusia).
2.    Matrials (bahan – bahan).
3.    Machines (mesin-mesin).
4.    Methodes (metode-metode).
5.    Money (uang).
6.    Markets (pasar).
Organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, wewenang dan pengetahuan dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya antara individu, kelompok dan organisasi bekerja dalam keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari keseluruhan yang tidak terpisahkan.
DAFTAR RUJUKAN
A. Ghaffar. MS.  1992. Dasar-dasarAdministarsi dan Supervisi Pengajaran. Padang: Angkasa Raya.
Ary H. Gunawan. 2002.Administrasi Sekolah. Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Dydet Hardjito. 2001. Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hendyat Soetopo. 2010. Perilaku Organisasi. Teori Praktik di Bidang Pendidikan. UIN Malang & PT Rosda Karya: Bandung.
Hughes, Ginnet and Curphy. 2002.  Leadership; Enhancing The Lesson of Experience 4thEd.
 Husaini Usman. 2004. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
J. Winardi. 2005.  Management of Change (diterjemahkan : Manajemen Perubahan). Kencana: Jakarta.
James G. Robbins & Barbara S. Jones.1988. Effective Communication for Today’s Manager (diterjemahkan: Komunikasi yang Efektif untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan). Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya.
Jawahir Tanthowi, 1983. Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an. Jakarta : Pustaka Al-Husna.
M. Manullang. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Makmur. 2008. Administrasin Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad Rohman & Sofan Amri. 2012. Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Nanang Fattah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oteng Sutisna. 1993. Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
Stephen Robbins.2002. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi. Penerbit Arcan.
Wibowo. 2008. Manajemen Perubahan. Rajawali Pers: Jakarta. Hal: 336


[1] Ary H. Gunawan. 2002.Administrasi Sekolah. Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal: 216
[2] Makmur. 2008. Administrasin Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 106
[3] A. Ghaffar. MS.  1992. Dasar-dasarAdministarsi dan Supervisi Pengajaran. Padang: Angkasa Raya. Hal: 39
[4] Husaini Usman. 2004. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Hal:101
[6] Dydet Hardjito. 2001. Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal:55
[7] Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi. Teori Praktik di Bidang Pendidikan. UIN Malang & PT Rosda Karya: Bandung. Hal: 6
[9] Oteng Sutisna. 1993. Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa. Hal: 77
[10] James G. Robbins & Barbara S. Jones.1988. Effective Communication for Today’s Manager (diterjemahkan: Komunikasi yang Efektif untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan). Pedoman Ilmu Jaya:Jakarta. Hal: 175
[11] J. Winardi. 2005.  Management of Change (diterjemahkan : Manajemen Perubahan). Kencana: Jakarta. Hal:69
[12] Hendyat Soetopo. 2010. Perilaku Organisasi. Teori Praktik di Bidang Pendidikan. UIN Malang & PT Rosda Karya: Bandung. Hal:7
[13] M. Manullang. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Cetakan kedelapan belas. Hal: 59
[14] Jawahir Tanthowi, 1983. Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an. Jakarta : Pustaka Al-Husna,. Hal:. 69
[15] Nanang Fattah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan ketujuh. Hal: 71
[16] Stephen Robbins.2002. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi. Penerbit Arcan. Hal: 4
[17] Wibowo. 2008. Manajemen Perubahan. Rajawali Pers: Jakarta. Hal: 336.
[18] Ary H. Gunawan. 2002.Administrasi Sekolah. Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal: 217
[19] Muhammad Rohman & Sofan Amri. 2012. Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka. Hal: 83-86
[20] http://ema403.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/
[21] Husaini Usman. 2004. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. Hal:  170-171
[22] Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Hal:96
[23] Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Hal:169
[24] Hughes, Ginnet and Curphy. 2002.  Leadership; Enhancing The Lesson of Experience 4thEd. Hal: 88-89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar