Minggu, 08 Maret 2015

KEPEMIMPINAN



BAB V
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Kepemimpinan adalah pangkal utama dan pertama penyebab daripada kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap daripada kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal. Kepemimpinan merupakan  suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi kepemimpinan adalah kepengikutan, kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin. Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha.Baik di dunia bisnis, maupun di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, social, politik, pemerintahan  Negara, dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya.Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas.Pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama, dan bahkan kepemimpinan sangat mempengaruhi semangat kerja kelompok.Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang pengertian kepemimpinan, teori, gaya dan tipe-tipe kepemimpinan.

2.      RUMUSAN MASALAH
1)      Apakah pengertian kepemimpinan?
2)      Apakah macam-macam teori kepemimpinan, gaya/tipe pemimpin?

3.      TUJUAN PEMBAHASAN
1)      Mendeskripsikan pengertian kepemimpinan.
2)      Mendeskripsikan macam-macam teori kepemimpinan, serta gaya/tipe pemimpin
A.    PEMBAHASAN
1)      Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa Inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat-orang lain, membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.[1]
Menurut Robbins, seperti yang dikutip oleh Sudarwan Danim dan Suparno, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian tujuan.[2]. Owens mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin.[3] Sedangkan James Lipham, seperti yang diikuti oleh M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.[4]J. Salusu mendefinisaikan kepemimpinan sebagai kekuatan dalam mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.[5]Sedangkan menurut Hendiyat Soetopo dan Waty Soemanto, kepemimpinan sebagai suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai dari kelompok itu, yaitu tujuan bersama. Sedangkan pengertian kepemimpinan secara umum adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain agar dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.[6]
Sedangkan menurut Inu Kencana Syafiie, yang diambil dari sudut pandang atau secara etimologi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut.
a.       Berasal dari kata pimpin (dalam bahasa Inggris lead) berarti bimbing atau tuntun. Dengan demikian, di dalamnya ada dua pihak, yaitu yang dipimpin (umat) dan yang memimpin (imam).
b.      Setelah ditambah awalan pe- menjadi pemimpin (dalam bahasa Inggris leader) berarti orang yang memengaruhi orang lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.
c.       Apabila ditambah akhiran –an menjadi pimpinan artinya orang yang mengepalai. Antara pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan, yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih sentralistis, sedangkan pemimpin lebih demokratis.
d.      Setelah dilengkapi dengan awalan ke- menjadi kepemimpinan (dalam bahasa Inggris leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam memengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.[7]
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organissasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.Pemimpin adalah orang yang dianut oleh orang-orang lain dalammencapai tujuan bersama.Dengan demikian, dia mempunyai wibawa, kekuasaan, ataupun pengaruh (terjemahan dariauthority, power, dan influence). Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas: 1) mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu; 2) memperoleh consensus atau suatu pekerjaan; 3) untuk mencapai tujuan manajer; 4) untuk memperoleh manfaat bersama.[8]
Sedangkan menurut para ahli, antara lain: Keith Davis dalam Sutarto (1989) Leadership is ability to persuade the others to seek defined objective enthusiastically. (kepemimpinan adalah kemampuan mengajak orang-orang lain untuk mencari tujuan tertentu dengan penuh semangat).
Kae.H.Chung & Leon C.Megginson dalam Sutarto (1989) Leadership is the process of influencing other people for the purpose of achieving shared goals (kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai mencapai tujuan bersama).[9]
Freeman & E.K. Taylor dalam Sutarto (1989) Leadership is the ability to create group action toward an organizational objective with maximum effectiveness and cooperation from each individual. (kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu).
Dubin dalam Sutarto (1989) Leadership is the exercise of authority and the making of decisions. (kepemimpinan adalah menggunakan wewenang dan membuat keputusan-keputusan).
Frankilm G. Moore dalam Sutarto (1989) Leadership is the ability to make act the way the leader want. (kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang bertindak sesuai dengan keinginan pemimpin).
Reuter dalam Sutarto (1989) Leadership is an ability to persuade or direct men without use of the prestige or power of formal office or external circumstance. (kepeminpinan adalah suatu kemampuan untuk mengajak atau mengarahkan orang-orang tanpa memakai kekuatan jabatan formal atau keadaan luar)
James M. Black dalam Sutarto (1989) Leadership is capable persuading others to work together under directions as a team to accomplish certain designated objectives. (kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu).
George R. Terry dalam Sutarto (1989) Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work tigether willingly on relted tasks to attain tthat which the leaders desires. (kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin).
Harold Koontz & Cyrill O’Donnell dalam Sutarto (1989) Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence. (kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan).
Richard N.Osborn, James G. Hunt, dan Lawrence R. Jauch dalam Sutarto (1989) Leadership all ways in which one person exert influence over others. (kepemimpinan – semua cara yang disitu seseorang mempunyai pengaruh).
Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan Fred Massarik dalam Sutarto (1989) Leadership as interpersonal influence, exercised in situation and directed through the communication process, toward the attainment for a spesific soal or goals. (kepemimpinan sebagai aktivitas saling pengaruh antar privadi, dilatih dalam situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan khusus).
John D.Pfiffner & Robert Presthus dalam Sutarto (1989) Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and groups to achieve desired ends. (kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu serta kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Cara pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam antara lain memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan perintahm memberikan imbalan, melimpahkan wewenang, mempercayai bawahan, memberiakn penghargaan, memberi kedudukan, memberikan tugas, memberikan tanggung jawab, memberikan kesempatan mewakili, mengajak, meminta saran / pendapat / pertimbangan, memberi kesempatan berperan, memnerikan motivasi, membela, mendidik, membimbing, mempelopori, memberikan petunjuk, menegakkan disiplin, memberikan teladan, memberikan arah, memberikan keyakinan, mendorong kemajuan, menciptakan perubahan, memberikan ancaman, memberikkan hukuman, dan lain-lain.

2)   Teori kepemimpinan
a.      Teori Genetis
Inti dari teori menyatakan bahwa “leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan muncul sebagai pemimpin.
Seorang ahli di bidang manajemen, yaitu Peter F. Drucker dalam pendiriannya mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, dan bukan hasil pembentukan. Bahkan dalam tulisannya ia mengatakan bahwa, “leadership is of utmost importance. Indeed there is no substitute fo it. But leadership cannot be created or promoted. It can not be taught or learned. But management created leaders. It can only created the conditions under wich potential leadership qualities become effective; or it can stifle leadership” [10](kepemimpinan mempunyai arti sangat penting. Tentu saja tidak ada pengganti untuk hal tersebut.Sebab, kepemimpinan tidak bisa diciptakan atau dipromosikan.Ia tidak bisa diajar atau dipelajari. Sebab, manajemen tidak bisa menciptakan para pemimpin.Ia hanya dapat menciptakan kondisi-kondisi di bawah kualitas kepemimpinan yang berpotensial menjadi efektif; atau ia dapat melumpuhkan kepemimpinan).
Pandangan ini mengetengahkan suatu preposisi bahwa kepemimpinan ditentukan oleh sifat dan ciri pribadi orang yang mempengaruhi para anggota kelompoknya.Jadi, kepemimpinan merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang tidak bisa dipelajari, tetapi hanya bisa dibentuk melalui pembentukan dari awal.[11]

b.      Teori Sosial
Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “ Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi, teori ini merupakan kebalikan inti Teori Genetika.Para penganut teori ini mengetengahkanpendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

c.       Teori Ekologis
Teori ekologis ini pada intinya menekan bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan.Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini  menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Sedangkan menurut G. R Terry mengemukaka sejumlah teori kepemimpinan, antara lain:[12]
a.       Teori otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah, paksaan da tindakan-tindakan yang arbiter.Ia melakukan pegawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya errientasi pada struktur organisasi da tugas-tugas.
b.      Teori Psikologis
Teori ini meyataka bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan da mengembangkan sistem motivasi terbaik untuk merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut da anak buah.Pemimpi merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja guna mencapai sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan pribadi.
c.       Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaa-usaha untuk melancarkan antar relasi, dan sebagai usaha utuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pegikutnya agar tercapai kerja sama yang baik.
d.      Teori suportif
Para pengikut harus berusaha sekuat mungkin da bekerja degan peuh gairah sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui policy tertentu.
e.       Teori Laissez faire
Mempunyai sedikit ketermpilan teknis namun disebabkan oleh karakterya yang lemah, tidak berpendirian serta tidak berprinsip, maka semua hal yag megakibakan tidak adanya kewibawaan juga tidak ada kotrol. Dia tidak mampu mengkoordinasikan semua jenis pekerjaan, tidak berdaya menciptaka suasana kooperatif.

3)   Gaya dan Tipe- tipe Kepemimpinan
Pada suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Gaya kepemimpinan yang efektif merupakan gaya kepemimpinan yang dapat memengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin sesuai dengan situasi dan kondisi supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangatdalam mencapai tujuan organisasi. Pada fakta riilnya, gaya kepemimpinan yang efektif ada empat, yaitu sebagai berikut.[13]
a.      Gaya Instruktif
Penerapannya pada bawahan masih baru atau bertugas. Adapun cirri-ciri gaya kepemimpinan instruktif adalah sebagai berikut:
1)      Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan
2)      Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat
3)      Kadar direktif tinggi
4)      Kadar semangat rendah
5)      Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai
6)      Kemampuan motivasi rendah
7)      Tingkat kematangan bawahan rendah

b.      Gaya konsultatif
Penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi namun kemauan rendah. Cirri-cirinya adalah sebagai berikut:
1)      Kadar direktif rendah
2)      Semangat tinggi
3)      Komunikasi dilakukan secara timbal balik
4)      Masih memberikan pengarahan yang spesifik
5)      Pimpinan secara bertahap memberikan tanggungjawab kepada pegawai walaupun bawahan dianggap belum mampu
6)      Tingkat kematangan pegawai rendah ke sedang

c.       Gaya partisipatif
Kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas, dan nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah mengerahkan tim kepada tercapainya consensus. Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan, dan strategi dimana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya.
Gaya partisipatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki kemauan kerja tinggi. Cirri-cirinya adalah sebagai berikut:
1)      Pemimpin melakukan komunikasi dua arah
2)      Secara aktif mendengar dan respon segenap kesukaran bawahan
3)      Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara operasional
4)      Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan
5)      Mendorong bawahan untuk berpartisipasi
6)      Tingkat kematangan bawahan dari sedang ke tinggi

d.      Gaya delegatif
Penerapannya bagi bawahan yang memiliki kemampuan dan kemauan tinggi. Ciri-ciri gaya kepemimpinan delegatif adalah sebagai berikut:
1)      Memberikan pengarahan bila diperlukan saja
2)      Memberikan semangat dianggap tidak perlu lagi
3)      Penyerahan tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas
4)      Tidak perlu memberi motivasi
5)      Tingkat kematangan bawahan tinggi

Sedangkan menurut A. M Mangunhardjana, dilihat dari perbedaan cara menggunakan wewenangnya, pada garis besarnya kita mengenaltiga gaya kepemimpinan, yaitu gaya otokratis, liberal, dan demokratis. Masing-masing gaya kepemimpinan itu menentukan hubungan antara kekuasaan pemimpin dan kebebasan mereka yang dipimpin.Dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Gaya kepemimpinan otokratis. Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Termasuk gaya ini kita menjumpai pemimpin-pemimpin yang melakukan hal-hal berikut.Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman.Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
a.       Mengatakan segala sesuatu harus dikerjakan oleh mereka yang dipimpin. Inilah gaya kepemimpinan dictator. Yang dilakukan oleh pemimpin yang mengambil gaya ini hanyalah member perintah, aturan, dan larangan.
b.      Menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya. Inilah gaya kepemimpinan seorang presiden direktur dalam suatu perusahaan besar. Menurut gaya ini, pemimpin merumuskan masalahnya serta menyodorkan cara pemecahannya sekaligus. Kemudian, perumusan masalah dan pemecahannya itu dijual kepada bawahannya.
2.      Gaya kepemimpinan liberal. Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta cara pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara pemecahannya. Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan betul-betul insaf akan tujuan dan cita-cita bersama sehingga mampu menghidupkan kegiatan bersama.
3.      Gaya kepemimpinan demokratis. Dalam gaya ini pemimpin berusaha membawa mereka yang dipimpin menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejajar. Terrmasuk kedalam gaya ini, kita jumpai pemimpin yang dalam usaha membawa mereka yang dipimpin menuju ke tujuan dengan hal-hal berikut.
a.       Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Menghadapi masalah serta carapemecahannya yang disajikan oleh pemimpin itu, mereka yang dipimpin bebas untuk menggarapnya, mengubah, menambah, dan menyempurnakan. Pemimpin sendiri dengan senang hati menerima usul dan saran mereka.
b.      Mengajak mereka yang dipimpinnyauntuk bersama merumuskan masalah dan cara pemecahannya. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kegiatan di kalangan orang-orang yang sudah dewasa yang bersifat permanen lagi mengarah ke tujuan dan cita-cita yang tinggi.
Dalam setiap realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya, terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sebagaimana menurut G. R. Terry, seperti yang dikutip oleh Maman Ukas,[14]
1.      Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.      Tipe kepemimpinan nonpribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media nonpribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.      Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanyabekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Iabekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.      Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menanggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggungjawab, seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggotadianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan.
5.      Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.      Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya, timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan  muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.
Menurut Kurt Lewin, sebagaimana yang dikutip oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1.      Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus diataati.
2.      Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang pelaksanaan tujuannya. Hal ini agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.      Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, kemudian menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, dan semua pekerjaan tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya. Dengan demikian hal tersebut dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.

B.     KESIMPULAN
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organissasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.Pemimpin adalah orang yang dianut oleh orang-orang lain dalammencapai tujuan bersama.
Pada suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu gaya kepemimpinan tertentu, antara lain gaya instruktif, Gaya konsultatif, partisipatif, gaya delegatif. Kemudian tipe kepemimpinan antara lain tipe kepemimpinan pribadi, tipe kepemimpinan nonpribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat.




DAFTAR RUJUKAN

Mangunhardjana, Kepemimpinan (Yogyakarta: Kanisius, 2004)
Kartini Kartono, Pemimpin da Kepemimpian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)
Soetopo, Hendiyat dan Waty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara) 1984)
Syafiie, Inu Kencana, Al Quran dan Ilmu Administrasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)
Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam; Antara Teori dan Praktik( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi (Bandung: Ossa Promo, 1999)
Sutarto, Dasar-dasar, Kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986)
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.  (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989)



[1]Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam; Antara Teori dan Praktik ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 47
[2]Ibid, hlm.47
[3]Ibid, hlm. 47
[4]Ibid, hlm. 47
[5]Ibid, hlm. 47
[6]Ibid, hlm. 47
[7]Ibid, hlm. 48
[8]Ibid, hlm. 48
[9]Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.  (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), hlm. 5
[10]Baharudin dan Umiarso, Op Cit. hlm. 51
[11]Ibid, hlm. 52

[12] Kartini Kartono, Pemimpin da Kepemimpian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011) hlm. 72
[13], Baharudin dan Umiarso, Op Cit ,hlm. 53
[14] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi (Bandung: Ossa Promo, 1999) hlm. 261

Tidak ada komentar:

Posting Komentar