BAB V
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Kepemimpinan adalah pangkal utama dan pertama penyebab daripada
kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap daripada
kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan penting
dalam rangka pengelolaan sehingga kemampuan pemimpin secara efektif merupakan
kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi kepemimpinan adalah kepengikutan,
kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin. Pemimpin merupakan
faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha.Baik
di dunia bisnis, maupun di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi,
social, politik, pemerintahan Negara,
dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau
organisasinya.Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu
membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern sekaligus bersedia
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat
luas.Pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa mempengaruhi
secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang
harus dikerjakan bersama-sama, dan bahkan kepemimpinan sangat mempengaruhi
semangat kerja kelompok.Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang
pengertian kepemimpinan, teori, gaya dan tipe-tipe kepemimpinan.
2.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apakah pengertian kepemimpinan?
2)
Apakah macam-macam teori kepemimpinan, gaya/tipe pemimpin?
3.
TUJUAN PEMBAHASAN
1)
Mendeskripsikan pengertian kepemimpinan.
2)
Mendeskripsikan macam-macam teori kepemimpinan, serta gaya/tipe
pemimpin
A.
PEMBAHASAN
1)
Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin.
Dalam bahasa Inggris, leadership yang
berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader
berarti pemimpin dan akar katanya to lead
yang terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih
awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu,
memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat-orang lain, membimbing, menuntun, dan
menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.[1]
Menurut Robbins, seperti yang dikutip oleh Sudarwan Danim dan
Suparno, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian
tujuan.[2]. Owens
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai
yang memimpin dengan pihak yang dipimpin.[3]
Sedangkan James Lipham, seperti yang diikuti oleh M. Ngalim Purwanto,
mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur
baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah
tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.[4]J.
Salusu mendefinisaikan kepemimpinan sebagai kekuatan dalam mempengaruhi orang
lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.[5]Sedangkan
menurut Hendiyat Soetopo dan Waty Soemanto, kepemimpinan sebagai suatu kegiatan
dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai dari kelompok
itu, yaitu tujuan bersama. Sedangkan pengertian kepemimpinan secara umum adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat memengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain
agar dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.[6]
Sedangkan menurut Inu Kencana Syafiie, yang diambil dari sudut
pandang atau secara etimologi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut.
a.
Berasal dari kata pimpin (dalam bahasa Inggris lead) berarti bimbing atau tuntun. Dengan demikian, di dalamnya ada
dua pihak, yaitu yang dipimpin (umat) dan yang memimpin (imam).
b.
Setelah ditambah awalan pe- menjadi pemimpin (dalam bahasa Inggris leader) berarti orang yang memengaruhi
orang lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut
bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.
c.
Apabila ditambah akhiran –an menjadi pimpinan artinya orang yang
mengepalai. Antara pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan, yaitu pimpinan
(kepala) cenderung lebih sentralistis, sedangkan pemimpin lebih demokratis.
d.
Setelah dilengkapi dengan awalan ke- menjadi kepemimpinan (dalam
bahasa Inggris leadership) berarti kemampuan
dan kepribadian seseorang dalam memengaruhi serta membujuk pihak lain agar
melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama sehingga dengan demikian yang
bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.[7]
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang
tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai
kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organissasi untuk melakukan tugas
manajemen agar tujuan organisasi tercapai.Pemimpin adalah orang yang dianut
oleh orang-orang lain dalammencapai tujuan bersama.Dengan demikian, dia
mempunyai wibawa, kekuasaan, ataupun pengaruh (terjemahan dariauthority, power, dan influence). Dari beberapa pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas: 1) mempengaruhi
orang lain agar mau melakukan sesuatu; 2) memperoleh consensus atau suatu pekerjaan;
3) untuk mencapai tujuan manajer; 4) untuk memperoleh manfaat bersama.[8]
Sedangkan menurut para ahli, antara lain: Keith Davis dalam Sutarto
(1989) Leadership
is ability to persuade the others to seek defined objective enthusiastically.
(kepemimpinan adalah kemampuan mengajak orang-orang lain untuk mencari tujuan
tertentu dengan penuh semangat).
Kae.H.Chung & Leon C.Megginson dalam Sutarto (1989) Leadership
is the process of influencing other people for the purpose of achieving shared
goals (kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang agar mau
bekerjasama untuk mencapai mencapai tujuan bersama).[9]
Freeman & E.K. Taylor dalam Sutarto (1989) Leadership
is the ability to create group action toward an organizational objective with
maximum effectiveness and cooperation from each individual.
(kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas maksimum dan kerjasama dari
tiap-tiap individu).
Dubin dalam Sutarto (1989) Leadership is the exercise of authority and the
making of decisions. (kepemimpinan adalah menggunakan wewenang dan
membuat keputusan-keputusan).
Frankilm G. Moore dalam Sutarto (1989) Leadership is the ability to make act the way
the leader want. (kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang
bertindak sesuai dengan keinginan pemimpin).
Reuter dalam Sutarto (1989) Leadership is an ability to persuade or direct
men without use of the prestige or power of formal office or external
circumstance. (kepeminpinan adalah suatu kemampuan untuk mengajak
atau mengarahkan orang-orang tanpa memakai kekuatan jabatan formal atau keadaan
luar)
James M. Black dalam Sutarto (1989) Leadership is capable persuading others to work
together under directions as a team to accomplish certain designated objectives.
(kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya
bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan
tertentu).
George R. Terry dalam Sutarto (1989) Leadership is the relationship in which one
person, or the leader, influences others to work tigether willingly on relted
tasks to attain tthat which the leaders desires. (kepemimpinan
adalah hubungan yang ada dalam diri seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang
lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan
yang diinginkan pemimpin).
Harold Koontz & Cyrill O’Donnell dalam Sutarto (1989) Leadership
is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal
and confidence. (kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan).
Richard N.Osborn, James G. Hunt, dan Lawrence R. Jauch dalam
Sutarto (1989) Leadership – all ways
in which one person exert influence over others. (kepemimpinan –
semua cara yang disitu seseorang mempunyai pengaruh).
Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan Fred Massarik dalam
Sutarto (1989) Leadership as interpersonal influence,
exercised in situation and directed through the communication process, toward
the attainment for a spesific soal or goals. (kepemimpinan sebagai
aktivitas saling pengaruh antar privadi, dilatih dalam situasi dan diarahkan,
melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan khusus).
John D.Pfiffner & Robert Presthus dalam Sutarto (1989) Leadership
is the art of coordinating and motivating individuals and groups to achieve
desired ends. (kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan
memotivasi individu-individu serta kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang
diinginkan).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang
lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Cara pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam
antara lain memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan
perintahm memberikan imbalan, melimpahkan wewenang, mempercayai bawahan,
memberiakn penghargaan, memberi kedudukan, memberikan tugas, memberikan
tanggung jawab, memberikan kesempatan mewakili, mengajak, meminta saran /
pendapat / pertimbangan, memberi kesempatan berperan, memnerikan motivasi,
membela, mendidik, membimbing, mempelopori, memberikan petunjuk, menegakkan
disiplin, memberikan teladan, memberikan arah, memberikan keyakinan, mendorong
kemajuan, menciptakan perubahan, memberikan ancaman, memberikkan hukuman, dan
lain-lain.
2)
Teori kepemimpinan
a.
Teori Genetis
Inti dari teori menyatakan bahwa “leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan bukannya
dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa
seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan.Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia
telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan muncul sebagai
pemimpin.
Seorang ahli di bidang manajemen, yaitu Peter F. Drucker dalam
pendiriannya mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, dan bukan hasil
pembentukan. Bahkan dalam tulisannya ia mengatakan bahwa, “leadership is of utmost importance. Indeed there is no substitute fo
it. But leadership cannot be created or promoted. It can not be taught or
learned. But management created leaders. It can only created the conditions
under wich potential leadership qualities become effective; or it can stifle
leadership” [10](kepemimpinan
mempunyai arti sangat penting. Tentu saja tidak ada pengganti untuk hal
tersebut.Sebab, kepemimpinan tidak bisa diciptakan atau dipromosikan.Ia tidak
bisa diajar atau dipelajari. Sebab, manajemen tidak bisa menciptakan para
pemimpin.Ia hanya dapat menciptakan kondisi-kondisi di bawah kualitas
kepemimpinan yang berpotensial menjadi efektif; atau ia dapat melumpuhkan
kepemimpinan).
Pandangan ini mengetengahkan suatu preposisi bahwa kepemimpinan
ditentukan oleh sifat dan ciri pribadi orang yang mempengaruhi para anggota
kelompoknya.Jadi, kepemimpinan merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang
tidak bisa dipelajari, tetapi hanya bisa dibentuk melalui pembentukan dari
awal.[11]
b.
Teori Sosial
Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “ Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik
bukannya kodrati). Jadi, teori ini merupakan kebalikan inti Teori Genetika.Para
penganut teori ini mengetengahkanpendapat yang mengatakan bahwa setiap orang
bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
c.
Teori Ekologis
Teori ekologis ini pada intinya menekan bahwa seseorang hanya akan
berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan.Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua
teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati
kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan
untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya
sosok pemimpin yang baik.
Sedangkan menurut G. R Terry mengemukaka sejumlah teori
kepemimpinan, antara lain:[12]
a.
Teori otokratis
Kepemimpinan
menurut teori ini didasarkan atas perintah, paksaan da tindakan-tindakan yang
arbiter.Ia melakukan pegawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung
secara efisien. Kepemimpinannya errientasi pada struktur organisasi da
tugas-tugas.
b.
Teori Psikologis
Teori
ini meyataka bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan da mengembangkan
sistem motivasi terbaik untuk merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut
da anak buah.Pemimpi merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja guna mencapai
sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan pribadi.
c.
Teori Sosiologis
Kepemimpinan
dianggap sebagai usaa-usaha untuk melancarkan antar relasi, dan sebagai usaha
utuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pegikutnya agar
tercapai kerja sama yang baik.
d.
Teori suportif
Para
pengikut harus berusaha sekuat mungkin da bekerja degan peuh gairah sedang
pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui policy tertentu.
e.
Teori Laissez faire
Mempunyai
sedikit ketermpilan teknis namun disebabkan oleh karakterya yang lemah, tidak
berpendirian serta tidak berprinsip, maka semua hal yag megakibakan tidak
adanya kewibawaan juga tidak ada kotrol. Dia tidak mampu mengkoordinasikan
semua jenis pekerjaan, tidak berdaya menciptaka suasana kooperatif.
3)
Gaya dan Tipe- tipe Kepemimpinan
Pada suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin
mengaplikasikan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Gaya kepemimpinan yang
efektif merupakan gaya kepemimpinan yang dapat memengaruhi, mendorong,
mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin sesuai dengan situasi
dan kondisi supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangatdalam mencapai
tujuan organisasi. Pada fakta riilnya, gaya kepemimpinan yang efektif ada
empat, yaitu sebagai berikut.[13]
a. Gaya Instruktif
Penerapannya pada bawahan masih baru atau bertugas. Adapun
cirri-ciri gaya kepemimpinan instruktif adalah sebagai berikut:
1)
Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan
kapan kegiatan dilakukan
2)
Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat
3)
Kadar direktif tinggi
4)
Kadar semangat rendah
5)
Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai
6)
Kemampuan motivasi rendah
7)
Tingkat kematangan bawahan rendah
b. Gaya konsultatif
Penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi namun
kemauan rendah. Cirri-cirinya adalah sebagai berikut:
1)
Kadar direktif rendah
2)
Semangat tinggi
3)
Komunikasi dilakukan secara timbal balik
4)
Masih memberikan pengarahan yang spesifik
5)
Pimpinan secara bertahap memberikan tanggungjawab kepada pegawai
walaupun bawahan dianggap belum mampu
6)
Tingkat kematangan pegawai rendah ke sedang
c. Gaya partisipatif
Kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka,
bebas, dan nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan
informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota
tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah
mengerahkan tim kepada tercapainya consensus. Asumsi yang mendasari gaya
kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima tanggung
jawab terhadap solusi, tujuan, dan strategi dimana mereka diberdayakan untuk
mengembangkannya.
Gaya partisipatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki
kemampuan rendah, namun memiliki kemauan kerja tinggi. Cirri-cirinya adalah
sebagai berikut:
1)
Pemimpin melakukan komunikasi dua arah
2)
Secara aktif mendengar dan respon segenap kesukaran bawahan
3)
Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara operasional
4)
Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan
5)
Mendorong bawahan untuk berpartisipasi
6)
Tingkat kematangan bawahan dari sedang ke tinggi
d. Gaya delegatif
Penerapannya bagi bawahan yang memiliki kemampuan dan kemauan
tinggi. Ciri-ciri gaya kepemimpinan delegatif adalah sebagai berikut:
1)
Memberikan pengarahan bila diperlukan saja
2)
Memberikan semangat dianggap tidak perlu lagi
3)
Penyerahan tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan
menyelesaikan tugas
4)
Tidak perlu memberi motivasi
5)
Tingkat kematangan bawahan tinggi
Sedangkan menurut A. M Mangunhardjana, dilihat dari perbedaan cara
menggunakan wewenangnya, pada garis besarnya kita mengenaltiga gaya
kepemimpinan, yaitu gaya otokratis, liberal, dan demokratis. Masing-masing gaya
kepemimpinan itu menentukan hubungan antara kekuasaan pemimpin dan kebebasan
mereka yang dipimpin.Dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Gaya kepemimpinan otokratis. Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang
dipimpin sebagai yang dikuasai. Termasuk gaya ini kita menjumpai
pemimpin-pemimpin yang melakukan hal-hal berikut.Gaya ini kadang-kadang
dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini
ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan
sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan.Pemimpin secara sepihak menentukan peran
serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang
menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.Pemimpin otokratis adalah
seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan
kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman.Gaya
kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
a.
Mengatakan segala sesuatu harus dikerjakan oleh mereka yang
dipimpin. Inilah gaya kepemimpinan dictator. Yang dilakukan oleh pemimpin yang
mengambil gaya ini hanyalah member perintah, aturan, dan larangan.
b.
Menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya.
Inilah gaya kepemimpinan seorang presiden direktur dalam suatu perusahaan
besar. Menurut gaya ini, pemimpin merumuskan masalahnya serta menyodorkan cara
pemecahannya sekaligus. Kemudian, perumusan masalah dan pemecahannya itu dijual
kepada bawahannya.
2.
Gaya kepemimpinan liberal. Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta cara
pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri
masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara
pemecahannya. Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah
dewasa dan betul-betul insaf akan tujuan dan cita-cita bersama sehingga mampu
menghidupkan kegiatan bersama.
3.
Gaya kepemimpinan demokratis. Dalam gaya ini pemimpin berusaha membawa mereka yang dipimpin
menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejajar. Terrmasuk
kedalam gaya ini, kita jumpai pemimpin yang dalam usaha membawa mereka yang
dipimpin menuju ke tujuan dengan hal-hal berikut.
a.
Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang
dipimpinnya. Menghadapi masalah serta carapemecahannya yang disajikan oleh
pemimpin itu, mereka yang dipimpin bebas untuk menggarapnya, mengubah,
menambah, dan menyempurnakan. Pemimpin sendiri dengan senang hati menerima usul
dan saran mereka.
b.
Mengajak mereka yang dipimpinnyauntuk bersama merumuskan masalah
dan cara pemecahannya. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kegiatan di kalangan
orang-orang yang sudah dewasa yang bersifat permanen lagi mengarah ke tujuan
dan cita-cita yang tinggi.
Dalam setiap
realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya, terjadi adanya
suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
sebagaimana menurut G. R. Terry, seperti yang dikutip oleh Maman Ukas,[14]
1.
Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system
kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan
kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.
Tipe kepemimpinan nonpribadi (non personal leadership). Segala
sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media
nonpribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.
Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin
otoriter biasanyabekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Iabekerja
menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan
instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.
Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis menanggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama
dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang terlaksananya tujuan
bersama. Agar setiap anggota turut bertanggungjawab, seluruh anggota ikut serta
dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggotadianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian
tujuan.
5.
Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership).
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam
hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.
Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya,
timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya system kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan
muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam
kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.
Menurut Kurt Lewin, sebagaimana yang dikutip oleh Maman Ukas
mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1.
Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan
tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan
instruksi-instruksinya harus diataati.
2.
Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab
tentang pelaksanaan tujuannya. Hal ini agar setiap anggota turut serta dalam
setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan
penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha
pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.
Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan
pada bawahannya, kemudian menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan
menerima laporan-laporan dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak
terlalu mau ambil inisiatif, dan semua pekerjaan tergantung pada inisiatif dan prakarsa
dari para bawahannya. Dengan demikian hal tersebut dianggap cukup dapat
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
B.
KESIMPULAN
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan
mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan
mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus
anggota organissasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi
tercapai.Pemimpin adalah orang yang dianut oleh orang-orang lain dalammencapai
tujuan bersama.
Pada suatu proses kepemimpinan
berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu gaya kepemimpinan tertentu,
antara lain gaya instruktif, Gaya konsultatif, partisipatif, gaya delegatif.
Kemudian tipe kepemimpinan antara lain tipe kepemimpinan pribadi, tipe
kepemimpinan nonpribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan
demokratis, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe
kepemimpinan menurut bakat.
DAFTAR RUJUKAN
Mangunhardjana, Kepemimpinan
(Yogyakarta: Kanisius, 2004)
Kartini Kartono, Pemimpin da
Kepemimpian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)
Soetopo, Hendiyat dan Waty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara) 1984)
Syafiie, Inu Kencana, Al
Quran dan Ilmu Administrasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)
Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan
Pendidikan Islam; Antara Teori dan Praktik( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012)
Maman Ukas, Manajemen Konsep,
Prinsip, dan Aplikasi (Bandung: Ossa Promo, 1999)
Sutarto, Dasar-dasar, Kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1986)
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989)
[1]Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan
Pendidikan Islam; Antara Teori dan Praktik ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012) hlm. 47
[9]Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), hlm. 5
[10]Baharudin dan Umiarso, Op Cit.
hlm. 51
[12] Kartini Kartono, Pemimpin da
Kepemimpian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011) hlm. 72
[14] Maman Ukas, Manajemen Konsep,
Prinsip, dan Aplikasi (Bandung: Ossa Promo, 1999) hlm. 261
Tidak ada komentar:
Posting Komentar