BAB VI1
A. PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Masalah merupakan bagian dinamika kehidupan manusia, artinya
tidak ada satupun manusia di dunia yang tidak pernah mempunyai masalah. Bahkan
dalam perkembangannya “masalah” merupakan bagaian tidak terpisahkan dengan
kehidupan itu sendiri. Dengan kata
lain masalah adalah indikator
dari kehidupan itu sendiri. Arti keseharian ”masalah” adalah seluruh fenomena
kehidupan yang membuat kekecewaan atau kemarahan seseorang atau sekumpulan
orang. Indikasi atau tanda tanda masalah biasanya dapat dipahami dalam seluruh kenyataan
yang tidak sesuai dengan harapan, tujuan, cita cita, idiologi, kepentingan,
target yang ada dibenak orang atau sekumpulan orang. Secara praktis ada yang
mengartikan bahwa ”masalah” adalah hambatan atau rintangan yang mengakibatkan
realita tidak sesuai dengan rencana, keinginan dan cita cita seseorang atau
sekumpulan orang.
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer
atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian
masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada
alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang
terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan
apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan.
Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan
dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan
organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak
kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut.
Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada
pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan
tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan
pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang
mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional dalam
suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam
rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku.
Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan
penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan
dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan.
Hakikatnya kegiatan administrasi dalam suatu organisasi
adalah pembuatan keputusan. Kegiatan yang dilakukan tersebut mencakup seluruh
proses pengambilan keputusan dari mulai identifikasi masalah sampai dengan
evaluasi dari pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh elemen-elemen dalam
administrasi sebagai suatu sistem organisasi. Artinya dalam membuat suatu
keputusan untuk memecahkan suatu permasalahan yang ditimbulkan dari adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi dibutuhkan informasi yang
cukup baik dari internal maupun eksternal organisasi guna mengambil keputusan
yang tepat dan cepat.
Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan
yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan
sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka
mencapai suatu tujuan organisasi.
2.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
pengertian pengambilan keputusan?
2. Bagaimanakah
proses pengambilan keputusan?
3. Apa sajakah
pendekatan-pendekatan dalam pengambilan keputusan?
4. Bagaimanakah perspektif Al-qur’an tentang pengambilan keputusan?
3.
TUJUAN
1. Untuk mengetahuipengertian pengambilan keputusan.
2. Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan.
3. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pengambilan
keputusan.
4. Untuk mengetahui perspektif Al-qur’an tentang pengambilan
keputusan.
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pengambilan
Keputusan
Menurut Robert L. Trewatha dan M. Gene Newport, tentang
pengambilan keputusan adalah proses memilih rangkaian atau tindakan diantara
dua macam alternatif yang ada (atau lebih) guna mencapai pemecahan atas problema
tertentu.[1]
Pengambilan keputusan adalah proses dimana orang harus
memilih antara berbagai macam kelompok tindakan-tindakan alternatif.[2]
Menurut Sondang P. Siagian, pembuatan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.[3]
Pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi merupakan
hasil suatu proses komunikasi dan partispasi yang terus menerus dari
keseluruhan organsasi.[4]
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah.
Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah
dengan memilih alternatif solusi yang ada yang melibatkan komunikasi dan
partisipasi keseluruhan bagian organisasi.
Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan
karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah
keputusan yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah
konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
Kegiatan dala pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,
sehingga:[5]
a. Teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstrukturkan
dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau beresiko, di sini keputusan
lebih bersifat perspektif daripada deskriptif.
b. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang
manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya,
menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer secara
individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi, terutama informasi
bisnisnya.
c. Pengambilan keputusan adalah proses memilih
alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
2.
Proses Pengambilan
Keputusan
Proses pengambilan keputusan tidak mungkin terlaksana tanpa
ketersediaan informasi. Informasi dapat dikatakan sebagai bahan mentahnya
proses pengambilan keputusan. Tanpa kehadiran informasi, sulit untuk
menghasilkan keputusan yang baik, atau bahkan mungkin sulit untuk melaksanakan
proses pengambilan keputusan.[6]
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi
oleh dimensi:
a. Cara berpikir, terdiri dari:[7]
1) Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial.
2) Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
b. Toleransi terhadap ambiguitas
1) Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara
meminimalkan ambiguitas.
2) Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga
dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi tersebut menghasilkan gaya
pengambilan keputusan:[8]
a. Direktif (toleransi ambiguitas rendah dan mencari
rasionalitas)
Efisien, mengambil keputusan
secara cepat dan berorientasi jangka pendek.
b. Analitik (toleransi ambiguitas tinggi dan mencari
rasionalitas)
Pengambil keputusan yang cermat,
mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
c. Konseptual(toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif)
Berorientasi jangka panjang, sering
kali menekan solusi kreatif atas masalah.
d. Behavioral (toleransi ambiguitas rendah dan intuitif)
Mencoba menghindari konflik dan
mengupayakan penerimaan.
Simon (The New Science of Management Decision, 1960),
mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini
terdiri dari tiga fase, yaitu:[9]
a.
Intelligence
Tahap ini
merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta
proses pengenalan masalah. Data masuka diperoleh, diproses dan diuji dalam
rangka mengidentifikasikan masalah.
b.
Design
Tahap ini
merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan
yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah,
menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.
c.
Choice
Dalam tahap ini
dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin
dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses
pengambilan keputusan.
Proses pengambilan keputusan diatas diharapkan dapat membuat
keputusan dengan tepat, cepat, praktis dan rasional. Lebih rincinya digambarkan
dalam 6 langkah yang harus ditempuh, sebagai berikut:[10]
a. Mendefinisikan masalah
Pendefinisian
masalah adalah proses yang sangat penting dalam pembuatan keputusan, sebab hal
ini akan menentukan bagaimana kita berpikir tentang alternatif yang mungkin
untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam Pendefinisian masalah harus dijawab
pertanyaan-pertanyaan seperti:
1) Apakah hal itu memamg masalah atau gejala?
2) Masalah siapakah itu? Misalnya apakah itu masalah mahasiswa, dosen atau administrator.
3) Apakah yang terjadi kalau masalah itu tidak dipecahkan?
4) Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk memecahkan
masalah?
b. Menentukan kriteria pemecahan masalah
Dalam fase ini
pembatasan dan syarat-syarat pemecahan masalah perlu ditetapkan. Misalnya
berapa waktu yang dialokasikan untuk melaksanakan pemecahan masalah, apakah
pemecahan masalah itu dibatasi kebijakan-kebijakan tertentu, apakah kriteria
pemecahan masalah yang baik, dan apakah tujuan pemecahan masalah tersebut.
c. Mengidentifikasi alternatif
Langkah ini
merupakan usaha untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya, pemecahan masalah
yang mungkin dapat dilaksanakan. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa tidak
semua alternatif dicapai dengan tuntas, karena manusia mempunyai keterbatasan.
d. Mengadakan penilaian terhadap alternatif
Untuk dapat
mengadakan penilaian, sangat diperlukan tersedianya informasi. Tiap alternatif
yang ditemukan dikaji kebaikan dan kekurangannya, dan kemungkinan akibatnya.
Macam-macam alternatif:
1) Alternatif yang baik adalah alternatif yang dapat melaksanakan
dan menghasilkan dampak positif.
2) Alternatif yang gampang adalah alternatif yang tidak mempunyai
akibat positif dan negatif.
3) Alternatif campuran adalah alternatif yang mempunyai kemungkinan
menghasilkan dampak positif atau negatif.
4) Alternatif yang jelek adalah alternatif yang menyebabkan akibat
negatif.
5) Alternatif yang tidak pasti, yaitu alternatif yang mempunyai
akibat tidak menentu kalau dilaksanakan.
Cara-cara memilih
alternatif berikut ini merupakan beberapa diantara yang penting:[11]
1) Analisa marginal
2) Teori psikologi
3) Intuisi
4) Pengalaman
5) Mengikuti pemimpinnya
6) Percobaan
7) Analisa
e. Memilih alternatif yang “Terbaik”
Dalam memilih
alternatif perlu dipertimbangkan kriteria yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, sangat penting memilih alternatif yang “baik” dan bukan alternatif yang
gampang dan dapat diterima. Seringkali alternatif yang dapat diterima bukan
alternatif yang baik karena tekanan-tekanan di luar organisasi. Dalam hal ini
pembuatan keputusan harus dapat mengadakan penyesuaian, sehingga kriteria yang “baik” itu tetap dapat diikuti
secara maksimal.
f. Implementasi alternatif yang dipilih
Implementasi adalah
melaksanakan keputusan yang ditetapkan (alternatif terbaik). Pelaksanaan ini
menyangkut pemberian kekuatan legal pada keputusan tersebut, mengusahakan agar
keputusan dapat diterima orang yang terkena keputusan dengan memberikan informasi,
melakukan persuasi dan memberikan pengarahan bagaimana hasil keputusan
tersebut.
Gambar
Proses Pengambilan Keputusan
|
||||


|
|
![]() |
|||
|
|
|
Pengambil keputusan dapat membuat keputusan dengan menggunakan 2
pertimbangan sebagai berikut:
a. Fakta
Seorang pengambil keputusan yang selalu bekerja secara
sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai satu masalah dan hasilnya
ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya. Artinya, fakta itulah
yang akan memberi petunjuk keputusan apa yang akan diambil.
b. Pengalaman
Pengalaman adalah guru terbaik. Seorang pengambil keputusan
harus dapat memutuskan pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan
pengalamannya. Seorang pengambil keputusan yang sudah menimba banyak pengalaman
tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada pengambil keputusan yang
sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa. Namun, perlu diperhatikan bahwa
peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan
peristiwa-peristiwa pada saat ini. Oleh sebab itu, penyesuaian terhadap seorang
pengambil keputusan senantiasa diperlukan.
Berdasarkan dua pertimbangan
tersebut diharapkan seorang pemimpin bisa mengambil keputusan dengan tepat sesuia dengan permsalahan yang sedang
dihadapi. Adapun langkah-langkah pengambilan keputusan sudah tersedia sedemikian
rupa meskipun kadang kala fakta yang menuntun seorang pemimpim mengambil suatu
keputusan.
3. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengambilan Keputusan[12]
a. Rasional Analitis
Pengambil keputusan rasional analitis mempertimbangkan semua
alternatif dengan segala akibat dari pilihan yag diambilnya, menyusun segala
akibat dan memperhatikan skala pilihan yang pasti dan memilih alternatif yang
memberi hasil maksimum. Pendekatan ini merupakan model klasik dalam pengambilan
keputusan, model ini banyak memperoleh kritik karena dianggap kurang realistik
karena hanya mempertimbangkan informasi-informasi yang diterima dengan
mengabaikan beberpa pertimbangan lainnya.
Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi
perhatian utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari
pengambil keputusan. Dengan kata lain, keputusan itu dibuat untuk memenuhi
maksud dari pengambil keputusan. Individu sebagai pengambil keputusan akan
menyusun urutan-urutan tujuan dan sasaran yang dikehendaki sebelum ia
mengidentifikasi alternatif yang akan dipilih. Prinsip ini juga akan berlaku
dalam satu kelompok yang bertugas mengambil keputusan, seperti sering terlihat
dalam kalangan pemerintahan.
b. Intuitif Emosional
Pengambil keputusan intuitif emosional menyukai kebiasaan dan
pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri dengan
menggunakan alam bawah sadar. Proses ini dapat di dorong oleh naluri, orientasi
kreatif dan konfrontasi kreatif. Model pengambil keputusan yang menggunakan
intuisinya seringkali dikritik sebagai immoral. Kritik yang dilontarkan ialah
karena kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya
ditujukan pada beberapa fakta dan melupakan banyak elemen penting. Dalam
pengambilan keputusan dengan menggunakan intuisi tidak banyak tergantung pada
fakta yang lengkap. Dalam pendekatan ini, seseorang dapat mengambil keputusan
dengan informasi yang sedikit.
c. Perilaku Politis
Berbeda dengan model-model pendekatan yang telah diuraikan
sebelumnya,bahwa cara pengambilan keputusan perilaku politis merupakan
pengambilan keputusan individual dengan melakukan pendekatan kolektif. Juga
dianggap teori deskriptif yang menyarankan agar organisasi tempat pengambil
keputusan bekerja membatasi pilihan yang ada. Keputusan diambil kalau beberapa
orang yang terlibat dalam proses itu menyetujui bahwa mereka telah menemukan
pemecahan. Mereka melakukan hal ini dengan saling menyesuaikan diri dan
berunding, mengikuti peraturan permainan ccara pengambilan keputusan dalam
organisasi. Pengambil keputusan harus mempertimbangkan apakah hasil itu dapat
dilaksanakan secara politis.
Berdasarkan dari
tiga pendekatan tersebut, perilaku politislah yang efisien dalam pengambilan
keputusan. Sebab, rasional analitis lebih kepada asas demokratis. Pengambilan
keputusannya berdasarkan kesepakatan semua anggota kelompok, yang tentunya juga
mempertimbangkan fakta-fakta yang ada.
4. Perspektif Al-Qur’an Tentang Pengambilan Keputusan
$yJÎ6sù7pyJômuz`ÏiB«!$#|MZÏ9öNßgs9(öqs9ur|MYä.$àsùxáÎ=xîÉ=ù=s)ø9$#(#qÒxÿR]wô`ÏBy7Ï9öqym(ß#ôã$$sùöNåk÷]tãöÏÿøótGó$#uröNçlm;öNèdöÍr$x©urÎûÍöDF{$#(#sÎ*sù|MøBztãö@©.uqtGsùn?tã«!$#4¨bÎ)©!$#=Ïtätû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#ÇÊÎÒÈ
Artinya:"Maka disebabkan rahmat
dari Allahlah kamu berlaku lemah- lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkal-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (Q.S Al-Imran: 159)[13]
Ayat diatas dari
segi redaksional ditujukan kepada nabi Muhammad SAW. Agar memusyawarahkan
persoalan-persoalan tertentu dengan para sahabat atau anggota masyarakatnya.
Tetapi ayat ini juga merupakan petunjuk bagi setiap muslim, khususnya bagi
setiap pemimpin, agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya.
Diawal surah tadi
disebutkan bahwa karena rahmat Allohlah kamu bersikap lemah lembut terhadap
mereka. Unggkapan ini mengisaratkan bahwa untuk bisa melaksanakan musyawarah
dengan baik, baik pihak yang ditunjuk sebagai ketua dalam acara musyawarah, maupun
pihak yang menjadi anggoata atau peserta, harus bersikap lemah lembut, mau
menghargai dan menghormati hak dan kewajiban oarang lain, tidak ingin menang
sendiri, dan tidak memaksakan kehendak sendiri untuk orang lain.
Bila terjadi
silang pendapat yang menjadikan orang lain tersinggung atau sakit hati, semua
pihak harus saling memaafkan.Suasana seperti ini harus bisa dikondisikan dalam
setiap mengambil keputusan bersama, dan insyaAllah musyawarah akan berjalan
dengan baik, yang akhirnya akan menghasilkan keputusan-keputusan yang
bermanfaat bagi semua pihak.
Itulah petunjuk
Al-Qur’an bagi pelaksanaan musyawarah sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
mengenai urusan keduniaan atau muamalah dan menyangkut kepentingan orang
banyak, seperti membangun masjid, madrasah, dan jalan umum, memilih ketua RT,
RW, atau kepala Desa. Semua itu harus dilakukan dengan cara musyawarah sesuai
dengan petunjuk Al-Qur’an.
Sedangkan hal-hal
yang perlu dimusyawarahkan adalah hal-hal yang terkait dengan urusan mu’amalah,
sementara masalah aqidah dan ibadah sudah jelas petunjuknya baik dari Al-Qur’an
maupun dari Hadist Nabi.
C. KESIMPULAN
Pembuatan
keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum
pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih
alternatif solusi yang ada yang melibatkan komunikasi dan partisipasi
keseluruhan bagian organisasi.
Proses pengambilan
keputusan diatas diharapkan dapat membuat keputusan dengan tepat, cepat,
praktis dan rasional. Lebih rincinya digambarkan dalam 6 langkah yang harus
ditempuh, sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah
2. Menentukan kriteria pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi alternatif
4. Mengadakan penilaian terhadap alternatif
5. Memilih alternatif yang “Terbaik”
6. Implementasi alternatif yang dipilih
Pengambil keputusan dapat membuat keputusan dengan
menggunakan 2 pertimbangan yaitu, fakta dan pengalaman. Pendekatan-Pendekatan
dalam Pengambilan Keputusan terdapat 3 pendekatan yaitu, Rasional Analitis, Intuitif
Emosional, Perilaku Politis.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan,Rizky.2004. Pengambilan Keputusan. Bandung:Alfabeta.
George R.Terry. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sutopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Suryadi, Kadarsah.M. Ali
Ramdhani. 2002.Sistem Pendukung Keputusan
(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Veithzal Rivai, Deddy
Mulyadi. 2010.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Winardi. 2010. Asas-Asas Manajemen. Bandung:CV.Mandar
Maju.
________2007.Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta:Prenada
Media Group.
[1]Winardi,
Asas-Asas Manajemen (Bandung:CV.Mandar Maju, 2010), 558.
[2]Winardi,
Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta:Prenada Media Group, 2007), 290.
[3]Hendyat
Sutopo, Perilaku Organisasi (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), 247.
[4]Kadarsah
Suryadi, M. Ali Ramdhani, Sistem Pendukung Keputusan (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2002),13.
[5]Veithzal
Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010),157.
[6]Rizky
Dermawan, Pengambilan Keputusan (Bandung:Alfabeta, 2004), 32.
[7]Veithzal
Rivai, Kepemimpinan, 158.
[8]Ibid.,
159.
[9]Rizky
Dermawan, Pengambilan,15.
[10]Hendyat
Sutopo, Perilaku Organisasi, 254.
[11]George
R.Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 36.
[12]Kadarsah
Suryadi, Sistem Pendukung Keputusan ,24.
[13]Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah,
22002), 72.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar