Selasa, 10 Maret 2015

PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN



BAB VI1

A.    PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Masalah merupakan bagian dinamika kehidupan manusia, artinya tidak ada satupun manusia di dunia yang tidak pernah mempunyai masalah. Bahkan dalam perkembangannya “masalah” merupakan bagaian tidak terpisahkan dengan kehidupan itu sendiri. Dengan kata lain masalah adalah indikator dari kehidupan itu sendiri. Arti keseharian ”masalah” adalah seluruh fenomena kehidupan yang membuat kekecewaan atau kemarahan seseorang atau sekumpulan orang. Indikasi atau tanda tanda masalah biasanya dapat dipahami dalam seluruh kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, tujuan, cita cita, idiologi, kepentingan, target yang ada dibenak orang atau sekumpulan orang. Secara praktis ada yang mengartikan bahwa ”masalah” adalah hambatan atau rintangan yang mengakibatkan realita tidak sesuai dengan rencana, keinginan dan cita cita seseorang atau sekumpulan orang.
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan.
Hakikatnya kegiatan administrasi dalam suatu organisasi adalah pembuatan keputusan. Kegiatan yang dilakukan tersebut mencakup seluruh proses pengambilan keputusan dari mulai identifikasi masalah sampai dengan evaluasi dari pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh elemen-elemen dalam administrasi sebagai suatu sistem organisasi. Artinya dalam membuat suatu keputusan untuk memecahkan suatu permasalahan yang ditimbulkan dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi dibutuhkan informasi yang cukup baik dari internal maupun eksternal organisasi guna mengambil keputusan yang tepat dan cepat.
Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi.

2.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian pengambilan keputusan?
2.      Bagaimanakah proses pengambilan keputusan?
3.      Apa sajakah pendekatan-pendekatan dalam pengambilan keputusan?
4.      Bagaimanakah perspektif Al-qur’an tentang pengambilan keputusan?

3.      TUJUAN
1.      Untuk mengetahuipengertian pengambilan keputusan.
2.      Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan.
3.      Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pengambilan keputusan.
4.      Untuk mengetahui perspektif Al-qur’an tentang pengambilan keputusan.





B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut Robert L. Trewatha dan M. Gene Newport, tentang pengambilan keputusan adalah proses memilih rangkaian atau tindakan diantara dua macam alternatif yang ada (atau lebih) guna mencapai pemecahan atas problema tertentu.[1]
Pengambilan keputusan adalah proses dimana orang harus memilih antara berbagai macam kelompok tindakan-tindakan alternatif.[2]
Menurut Sondang P. Siagian, pembuatan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.[3]
Pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi merupakan hasil suatu proses komunikasi dan partispasi yang terus menerus dari keseluruhan organsasi.[4]
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif solusi yang ada yang melibatkan komunikasi dan partisipasi keseluruhan bagian organisasi.
Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan dala pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:[5]
a.       Teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau beresiko, di sini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif.
b.      Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan  dan menganalisis data; manajer secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi, terutama informasi bisnisnya.
c.       Pengambilan keputusan adalah proses memilih alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah. 

2.      Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan tidak mungkin terlaksana tanpa ketersediaan informasi. Informasi dapat dikatakan sebagai bahan mentahnya proses pengambilan keputusan. Tanpa kehadiran informasi, sulit untuk menghasilkan keputusan yang baik, atau bahkan mungkin sulit untuk melaksanakan proses pengambilan keputusan.[6]
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
a.       Cara berpikir, terdiri dari:[7]
1)      Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial.
2)      Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
b.      Toleransi terhadap ambiguitas
1)      Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas.
2)      Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi tersebut menghasilkan gaya pengambilan keputusan:[8]
a.       Direktif (toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas)
Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek.
b.      Analitik (toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas)
Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
c.       Konseptual(toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif)
Berorientasi jangka panjang, sering kali menekan solusi kreatif atas masalah.
d.      Behavioral (toleransi ambiguitas rendah dan intuitif)
Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.
Simon (The New Science of Management Decision, 1960), mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu:[9]
a.       Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masuka diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
b.      Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.
c.       Choice
Dalam tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
Proses pengambilan keputusan diatas diharapkan dapat membuat keputusan dengan tepat, cepat, praktis dan rasional. Lebih rincinya digambarkan dalam 6 langkah yang harus ditempuh, sebagai berikut:[10]
a.       Mendefinisikan masalah
Pendefinisian masalah adalah proses yang sangat penting dalam pembuatan keputusan, sebab hal ini akan menentukan bagaimana kita berpikir tentang alternatif yang mungkin untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam Pendefinisian masalah harus dijawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
1)      Apakah hal itu memamg masalah atau gejala?
2)      Masalah siapakah itu? Misalnya apakah itu masalah  mahasiswa, dosen atau administrator.
3)      Apakah yang terjadi kalau masalah itu tidak dipecahkan?
4)      Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk memecahkan masalah? 
b.      Menentukan kriteria pemecahan masalah
Dalam fase ini pembatasan dan syarat-syarat pemecahan masalah perlu ditetapkan. Misalnya berapa waktu yang dialokasikan untuk melaksanakan pemecahan masalah, apakah pemecahan masalah itu dibatasi kebijakan-kebijakan tertentu, apakah kriteria pemecahan masalah yang baik, dan apakah tujuan pemecahan masalah tersebut.
c.       Mengidentifikasi alternatif
Langkah ini merupakan usaha untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya, pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa tidak semua alternatif dicapai dengan tuntas, karena manusia mempunyai keterbatasan.
d.      Mengadakan penilaian terhadap alternatif
Untuk dapat mengadakan penilaian, sangat diperlukan tersedianya informasi. Tiap alternatif yang ditemukan dikaji kebaikan dan kekurangannya, dan kemungkinan akibatnya. Macam-macam alternatif:
1)      Alternatif yang baik adalah alternatif yang dapat melaksanakan dan menghasilkan dampak positif.
2)      Alternatif yang gampang adalah alternatif yang tidak mempunyai akibat positif dan negatif.
3)      Alternatif campuran adalah alternatif yang mempunyai kemungkinan menghasilkan dampak positif atau negatif.
4)      Alternatif yang jelek adalah alternatif yang menyebabkan akibat negatif.
5)      Alternatif yang tidak pasti, yaitu alternatif yang mempunyai akibat tidak menentu kalau dilaksanakan.
Cara-cara memilih alternatif berikut ini merupakan beberapa diantara yang penting:[11]
1)      Analisa marginal
2)      Teori psikologi
3)      Intuisi
4)      Pengalaman
5)      Mengikuti pemimpinnya
6)      Percobaan
7)      Analisa
e.       Memilih alternatif yang “Terbaik”
Dalam memilih alternatif perlu dipertimbangkan kriteria yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, sangat penting memilih alternatif yang “baik” dan bukan alternatif yang gampang dan dapat diterima. Seringkali alternatif yang dapat diterima bukan alternatif yang baik karena tekanan-tekanan di luar organisasi. Dalam hal ini pembuatan keputusan harus dapat mengadakan penyesuaian, sehingga  kriteria yang “baik” itu tetap dapat diikuti secara maksimal.
f.       Implementasi alternatif yang dipilih
Implementasi adalah melaksanakan keputusan yang ditetapkan (alternatif terbaik). Pelaksanaan ini menyangkut pemberian kekuatan legal pada keputusan tersebut, mengusahakan agar keputusan dapat diterima orang yang terkena keputusan dengan memberikan informasi, melakukan persuasi dan memberikan pengarahan bagaimana hasil keputusan tersebut.
Gambar Proses Pengambilan Keputusan






Hasil lem
 


 
Text Box: Membandingkan hasil guna menentukan alternatif yang dipilih
Y2A1lem
 
A1lem
 
Problem = X








 
Hasil lem
 
Y1A2lem
 
Alternatif = A
Y3A2lem
 
Hasil = Y

Pengambil keputusan dapat membuat keputusan dengan menggunakan 2 pertimbangan sebagai berikut:
a.       Fakta
Seorang pengambil keputusan yang selalu bekerja secara sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai satu masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya. Artinya, fakta itulah yang akan memberi petunjuk keputusan apa yang akan diambil.
b.      Pengalaman
Pengalaman adalah guru terbaik. Seorang pengambil keputusan harus dapat memutuskan pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan pengalamannya. Seorang pengambil keputusan yang sudah menimba banyak pengalaman tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada pengambil keputusan yang sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa. Namun, perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan peristiwa-peristiwa pada saat ini. Oleh sebab itu, penyesuaian terhadap seorang pengambil keputusan senantiasa diperlukan.
Berdasarkan dua pertimbangan tersebut diharapkan seorang pemimpin bisa mengambil keputusan dengan tepat  sesuia dengan permsalahan yang sedang dihadapi. Adapun langkah-langkah pengambilan keputusan sudah tersedia sedemikian rupa meskipun kadang kala fakta yang menuntun seorang pemimpim mengambil suatu keputusan.

3.      Pendekatan-Pendekatan dalam Pengambilan Keputusan[12]
a.       Rasional Analitis
Pengambil keputusan rasional analitis mempertimbangkan semua alternatif dengan segala akibat dari pilihan yag diambilnya, menyusun segala akibat dan memperhatikan skala pilihan yang pasti dan memilih alternatif yang memberi hasil maksimum. Pendekatan ini merupakan model klasik dalam pengambilan keputusan, model ini banyak memperoleh kritik karena dianggap kurang realistik karena hanya mempertimbangkan informasi-informasi yang diterima dengan mengabaikan beberpa pertimbangan lainnya.
Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi perhatian utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari pengambil keputusan. Dengan kata lain, keputusan itu dibuat untuk memenuhi maksud dari pengambil keputusan. Individu sebagai pengambil keputusan akan menyusun urutan-urutan tujuan dan sasaran yang dikehendaki sebelum ia mengidentifikasi alternatif yang akan dipilih. Prinsip ini juga akan berlaku dalam satu kelompok yang bertugas mengambil keputusan, seperti sering terlihat dalam kalangan pemerintahan.
b.      Intuitif Emosional
Pengambil keputusan intuitif emosional menyukai kebiasaan dan pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri dengan menggunakan alam bawah sadar. Proses ini dapat di dorong oleh naluri, orientasi kreatif dan konfrontasi kreatif. Model pengambil keputusan yang menggunakan intuisinya seringkali dikritik sebagai immoral. Kritik yang dilontarkan ialah karena kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada beberapa fakta dan melupakan banyak elemen penting. Dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan intuisi tidak banyak tergantung pada fakta yang lengkap. Dalam pendekatan ini, seseorang dapat mengambil keputusan dengan informasi yang sedikit.
c.       Perilaku Politis
Berbeda dengan model-model pendekatan yang telah diuraikan sebelumnya,bahwa cara pengambilan keputusan perilaku politis merupakan pengambilan keputusan individual dengan melakukan pendekatan kolektif. Juga dianggap teori deskriptif yang menyarankan agar organisasi tempat pengambil keputusan bekerja membatasi pilihan yang ada. Keputusan diambil kalau beberapa orang yang terlibat dalam proses itu menyetujui bahwa mereka telah menemukan pemecahan. Mereka melakukan hal ini dengan saling menyesuaikan diri dan berunding, mengikuti peraturan permainan ccara pengambilan keputusan dalam organisasi. Pengambil keputusan harus mempertimbangkan apakah hasil itu dapat dilaksanakan secara politis.
Berdasarkan dari tiga pendekatan tersebut, perilaku politislah yang efisien dalam pengambilan keputusan. Sebab, rasional analitis lebih kepada asas demokratis. Pengambilan keputusannya berdasarkan kesepakatan semua anggota kelompok, yang tentunya juga mempertimbangkan fakta-fakta yang ada.

4.      Perspektif Al-Qur’an Tentang Pengambilan Keputusan
$yJÎ6sù7pyJômuz`ÏiB«!$#|MZÏ9öNßgs9(öqs9ur|MYä.$ˆàsùxáÎ=xîÉ=ù=s)ø9$#(#qÒxÿR]wô`ÏBy7Ï9öqym(ß#ôã$$sùöNåk÷]tãöÏÿøótGó$#uröNçlm;öNèdöÍr$x©urÎû͐öDF{$#(#sŒÎ*sù|MøBztãö@©.uqtGsùn?tã«!$#4¨bÎ)©!$#=Ïtätû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#ÇÊÎÒÈ
Artinya:"Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah- lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkal-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (Q.S Al-Imran: 159)[13]
Ayat diatas dari segi redaksional ditujukan kepada nabi Muhammad SAW. Agar memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan para sahabat atau anggota masyarakatnya. Tetapi ayat ini juga merupakan petunjuk bagi setiap muslim, khususnya bagi setiap pemimpin, agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya.
Diawal surah tadi disebutkan bahwa karena rahmat Allohlah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Unggkapan ini mengisaratkan bahwa untuk bisa melaksanakan musyawarah dengan baik, baik pihak yang ditunjuk sebagai ketua dalam acara musyawarah, maupun pihak yang menjadi anggoata atau peserta, harus bersikap lemah lembut, mau menghargai dan menghormati hak dan kewajiban oarang lain, tidak ingin menang sendiri, dan tidak memaksakan kehendak sendiri untuk orang lain.
Bila terjadi silang pendapat yang menjadikan orang lain tersinggung atau sakit hati, semua pihak harus saling memaafkan.Suasana seperti ini harus bisa dikondisikan dalam setiap mengambil keputusan bersama, dan insyaAllah musyawarah akan berjalan dengan baik, yang akhirnya akan menghasilkan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi semua pihak.
Itulah petunjuk Al-Qur’an bagi pelaksanaan musyawarah sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai urusan keduniaan atau muamalah dan menyangkut kepentingan orang banyak, seperti membangun masjid, madrasah, dan jalan umum, memilih ketua RT, RW, atau kepala Desa. Semua itu harus dilakukan dengan cara musyawarah sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.
Sedangkan hal-hal yang perlu dimusyawarahkan adalah hal-hal yang terkait dengan urusan mu’amalah, sementara masalah aqidah dan ibadah sudah jelas petunjuknya baik dari Al-Qur’an maupun dari Hadist Nabi.

C.    KESIMPULAN
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif solusi yang ada yang melibatkan komunikasi dan partisipasi keseluruhan bagian organisasi.
Proses pengambilan keputusan diatas diharapkan dapat membuat keputusan dengan tepat, cepat, praktis dan rasional. Lebih rincinya digambarkan dalam 6 langkah yang harus ditempuh, sebagai berikut:
1.      Mendefinisikan masalah
2.      Menentukan kriteria pemecahan masalah
3.      Mengidentifikasi alternatif
4.      Mengadakan penilaian terhadap alternatif
5.      Memilih alternatif yang “Terbaik”
6.      Implementasi alternatif yang dipilih
Pengambil keputusan dapat membuat keputusan dengan menggunakan 2 pertimbangan yaitu, fakta dan pengalaman. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengambilan Keputusan terdapat 3 pendekatan yaitu, Rasional Analitis, Intuitif Emosional, Perilaku Politis.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan,Rizky.2004. Pengambilan Keputusan. Bandung:Alfabeta.
George R.Terry. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sutopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Suryadi, Kadarsah.M. Ali Ramdhani. 2002.Sistem Pendukung Keputusan  (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi. 2010.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Winardi. 2010. Asas-Asas Manajemen. Bandung:CV.Mandar Maju.
­­________2007.Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta:Prenada Media Group.


[1]Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung:CV.Mandar Maju, 2010), 558.
[2]Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta:Prenada Media Group, 2007), 290.
[3]Hendyat Sutopo, Perilaku Organisasi (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), 247.
[4]Kadarsah Suryadi, M. Ali Ramdhani, Sistem Pendukung Keputusan  (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2002),13.
[5]Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010),157.
[6]Rizky Dermawan, Pengambilan Keputusan (Bandung:Alfabeta, 2004), 32.
[7]Veithzal Rivai, Kepemimpinan, 158.
[8]Ibid., 159.
[9]Rizky Dermawan, Pengambilan,15.
[10]Hendyat Sutopo, Perilaku Organisasi, 254.
[11]George R.Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 36.
[12]Kadarsah Suryadi, Sistem Pendukung Keputusan ,24.
[13]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 22002), 72.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar