BAB III
A. PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Manusia sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin
bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya. Karena sifatnya yang suka
bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai mahluk sosial.
Individu-individu tersebut bersatu menjadi sebuah perkumpulan, Perkumpulan
tersebut terbentuk dari satuan terkecil kelompok masyarakat yang lama
kelamaan tumbuh dan berkembang menjadi satuan terbesar dalam masyarakat. Sebuah
perkumpulan dalam masyarakat tersebut terjadi ketika individu satu samalainnya
memiliki kesepahaman yang sama akan satu pandangan. Salah satu contoh dari
perkumpulan tersebut adalah organisasi. Perkumpulan itu disebut organisasi
karena sebagai suatu kelompokorang dalam
suatu wadah untuk tujuan yang bersama.
Manusia adalah makhluk organisasional, karena sejak lahir
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Organisasi dibentuk
untuk kepentingan manusia (antroposentris) bukan manusia diciptakan untuk
kepentingan organisasi, jadi manusia jangan sampai diperbudak oleh organisasi,
tetapi manusialah yang harus memperbudak organisasi. Organisasi bukan merupakan
tujuan, tetapi organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Maka dari itu
manusia tidak dapat terpisahkan dengan organisasi dalam kehidupannya, walaupun
pengalaman berorganisasi itu ada yang menyenangkan dan menjengkelkan, ada yang
positif dan ada pula yang negatif tetapi manusia tetap memerlukan organisasi.[1] Adanya pertentangan ini
sebagai konsekuensi bahwa manusia pada hakikatnya tidak sama atau penuh dengan
perbedaan. Perbedaan ini tidak terjadi karena latar belakang pendidikan,
pengalaman, status sosial ekonomi, budaya, usia dan sebagainya yang berbeda.
Begitu pula dalam suatu lembaga di bidang pendidikan yang
sangat kompleks dengan permasalahan, dari bagaimana mencari peserta didik,
mengelola kelas, mengajar yang baik sampai menggaji seorang guru. Semua itu butuh
diadakan sebuah pengorganisasian yang matang, apalagi dalam Lembaga Pendidikan
Islam, sangat diperlukan sekali adanya pengorganisasian.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan
membahas mengenai Pendekatan, Karakteristik, Tipe dan Asas-asas
Pengorganisasian Kelembagaan.
2.
Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
Pendekatan dalam Pengorganisasian Kelembagaan?
b. Bagaimana
Karakteristik dalam Pengorganisasian Kelembagaan?
c. Bagaimana
Tipe dan Asas-asas dalam Pengorganisasian Kelembagaan?
3.
Tujuan
Masalah
a. Untuk
mengetahui Pendekatan dalam Pengorganisasian Kelembagaan
b. Untuk
mengetahui Karakteristik dalam Pengorganisasian Kelembagaan
c. Untuk
mengetahui Tipe dan Asas-asas Pengorganisasian Kelembagaan
B. PEMBAHASAN
1. Pendekatan dalam pengorganisasian kelembagaan
Sifat abstrak
dari organisasi dan hubungannya dengan aspek-aspek sosial menyebabkan cakupan
organisasi menjadi sangat luas yang mengakibatkan studi mengenai organisasi
dapat dilakukan dengan berbagaisudut pandang atau pendekatan. Keseluruhan
pendekatan dapatdikelompokkan dalam pendekatan klasik, pendekatan neo klasik,
pendekatanmodern, dan pendekatan post modern.[2]
1. Pendekatan
Klasik
Pendekatan
klasik mendasarkan pada pengaturan kerja dan merumuskan cara kerja yang paling
efisien yang didasarkan pada pandangan bahwa :[3]
a.
Setiap pekerjaan bisa dianalisis secara ilmiah (scientific) untuk
menemukan cara terbaik dalam melaksanakan berupa metode kerja baku yang
efisien.
b.
Metode kerja baku belum sesuai dengan keinginan pekerja, tetapi pekerja
dirangsang dengan imbalan finansial agar bersedia melaksanakan. Pendekatan
klasik tersebut mendasarkan pada pembagian kerja, spesialisasi dan standar
dalam mendesain organisasi sehingga organisasi dapat efektif dan efisien dalam
mencapai tujuannya. Tingkat efisiensi merupakan kriteria utama untuk menentukan
keberhasilan organisasi yang dilakukan melalui control system. Manusia
dalam pendekatan klasik hanya dapat digerakkan dengan insentif ekonomi.
Konsep
spesialisasi dengan standar kerja di atas mempunyai pengaruh terhadap bentuk
organisasi karena :[4]
1. Ada
pemisahan secara tegas pekerjaan yang jenisnya berbedasehingga berpengaruh
dalam pembagian kerja.
2. Penggunaan
standar kerja yang dapat digunakan untukmengontrol kinerja pekerja.
3. Adanya
standar kerja memungkinkan untuk menetapkan besarnya upah untuk memotivasi
pekerja.
Pendekatan
klasik yang menekankan pada pencapaian efisiensi kerja berdasarkan prinsip
spesialisasi memunculkan berbagai kritikan yaitu :
a. Organisasi
dipandang sebagai sistem tertutup dan dianggap seperti suatu mesin.
b. Pekerja
dipandang seperti onderdil mesin yang dapat diganti setiap saat.
Dalam Pendekatan klasik itu ternyata
membawa hasil nyata dalam praktik, terjadi kenaikan produktivitas yang berarti,
yang sangat dibutuhkan. Dalam pengorganisasian kelembagaan diberlakukan
peraturan-peraturan ketat, prosedur-prosedur ketat, hierarki yang kuat,
pembagian kerja yang secara berlebihan. Tiap pekerjaan diterisolasi dari
temen-temen sekerjanya.[5]
2. Pendekatan
Neo Klasik
Pendekatan neo
klasik mendasarkan pada pengaruh kondisi fisik ruangan tempat bekerja dengan
prestasi pekerja. Konsep tersebut menunjukkan bahwa selain kondisi fisik
ruangan ada faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi kerja yaitu ikatan
psikologis dan sosial. Pendekatan neo klasik disebut juga pendekatan human
relation atau pendekatan tingkah laku yang bertumpu pada :[6]
a. Organisasi
dipandang sebagai sistem sosial yang terdapat interaksi sosial diantara para
anggota.
b. Munculnya
kelompok non formal sebagai akibat adanya interaksi social yang memiliki norma
sendiri, akan berpengaruh terhadap sikap maupun prestasi anggota.
c. Diperlukan
komunikasi yang efektif untuk memudahkan interaksi sosial antar anggota demi
peningkatan prestasi.
d. Perilaku
kepemimpinan harus mendasarkan pada aspek psikologi sosial pekerja, agar
kelompok non formal yang berbeda-beda dapat diarahkan untuk kepentingan
organisasi.
Pendekatan neo
klasik lebih menekankan pentingnyamemperhitungkan aspek manusia secara utuh
dalam mendesain suatustruktur organisasi. Kesadaran bahwa setiap orang membawa
kebutuhan dannilai ke dalam organisasi merupakan konsep pendekatan neo klasik
ini.Pendekatan hubungan manusia merupakan diversitas motivasi dan tingkahlaku
manusia, sehingga lebih merupakan suatu sikap daripada seperangkatperaturan
tentang organisasi.
Apabila
organisasi ingin memiliki ketahanan hidup dan menghasilkan faedah-faedah untuk
para anggotanya dan masyarakat maka ia harus melengkapi pengetahuannya tentang
manusia dan fungsinya dalam keorganisasian. Mudah-mudahan pendekatan neo klasik
dapat membuka jalan untuk penelitian mengenai masalah tersebut, tetapi dalam
praktik hal tersebut tidak semudah seperti yang dianggap orang.[7]
3. Pendekatan
Modern
Perkembangan
teori yang menyebar dengan munculnya pendekatan klasik dan neo klasik ternyata
tidak menggambarkan secara utuh atau tidak tercapai suatu kesatuan pandangan
mengenai organisasi. Perkembangan berikutnya muncul pendekatan modern yang
menunjukkan bahwa jenis teknologi berpengaruh terhadap bentuk organisasi yang
berarti bahwa untuksetiap jenis teknologi terdapat suatu organisasi tertentu
yang sesuai.Pendekatan modern juga menekankan bahwa selain teknologiterdapat
faktor lain yang berpengaruh terhadap karakteristik organisasi yaitufaktor yang
terdapat dalam lingkungan organisasi. Hal ini berarti bahwaorganisasi
dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya, dan hanya organisasiyang bisa
beradaptasi secara tepat terhadap tuntutan lingkungan yang akanmencapai
keberhasilan.[8]
Pendekatan
modern disebut pula pendekatan ketergantungan (contingency) karena bentuk dan
cara pengelolaan organisasi harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Pendekatan tersebut menekankan bahwa :[9]
a. Organisasi
merupakan sistem terbuka yang berarti bahwa organisasi merupakan sub sistem
dari lingkungannya, sehinggaorganisasi bisa dipengaruhi maupun
mempengaruhilingkungannya.
b. Ketergantungan
dan keterbukaan organisasi terhadaplingkungannya menyebabkan bentuk organisasi
harusdisesuaikan dengan lingkungan organisasi berada.
Analisis:
dari
kedua poin diatas, mengenai Pendekatan modern bahwa Organisasi tidak lepas
dengan yang namannya sistem terbuka, artinya dimana di dalam organisasi
mengajarkan dan memberikan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman, jadi
organisasi merupakan salah satu tujuan yang paling penting untuk meningkatkan
dan sekaligus bisa beradaptasi secara tepat terhadap tuntutan lingkungan yang
akan mencapai keberhasilan.
2. Karakteristik Dalam Pengorganisasian Kelembagaan
Karakteristik
pengorganisasian kelembagaan adalah perilaku dan tingkah laku suatu
badan/institusi terhadap kondisi yang ada diluar institusi itu maupun didalam
institusi itu sendiri, artinya dalam dunia bisnisnya selalu fokus kepada
pelanggannya yang bukan hanya dari luar perusahaan itu tapi juga orang-orang di
dalam perusahaan yang merupakan aset perusahaan itu sendiri. (Maksudnya Masih
jarang sebuah institusi itu menganggap karyawannya berpotensi untuk jadi aset
dan akhirnya kurang mendapat perhatian).[10]
4 Karakteristik utamadalamsebuah keorganisasian
kelembagaan[11]
a. Tujuan
Setiap organisasi harus memiliki tujuan.Tujuan dicerminkan oleh sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 3 bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan),
dan survive (bertahan hidup), dan harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
b. Kumpulan orang
Jelas, tidak mungkin, jika organisasi hanya terdiri dari satu orang yang ingin mencapai tujuannya sendiri, dari definisi dapat dijelaskan bahwa organisasi setidaknya terdiri sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama.
c. Struktur
Struktur
dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap anggota organisasi
dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun kewajibannya. Struktur dibentuk
agar organisasi berjalan rapih, karena terdapat strukturkomando, siapa yang
berwenang dan siapa yang diberi wewenang.
d. Sistem Prosedur
Karakteristik yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari system dan prosedur ini adanya ketetapan mengenai tata cara, system rekrut, dan birokrasi. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap ekstensi suatu organisasi. Organisasi cenderung memainkan peran menyesuaikan dengan keadaan
lingkungan, entah itu demografi, ekonomi, politik, budaya, juga alam sekitar. Jadi
kemajuan organisasi harus selaras dengan perubahan lingkungan.
Secara umum
karakteristik pengembangan organisasi kelembagaan :[12]
1. Keputusan
yang penuh pertimbangan maksudnya adaalah suatu hasil yang diperoleh
berdasarkan strategi yang telah direncanakan dalam rangka mewujudkan perubahan
organisasional yang memiliki sarana jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang
permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2. Diterapkan
pada semua sub sistem manusia baik individu kelompok dan organisasi maksudnya
adalah menerapkan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja
seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
3. Menerima
intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang mempunyai kedudukan di
luar mekanisme organisasi maksudnya dalam menerima segala bentuk campur tangan
misalnya dalam bentuk pendapat baik dari anggota yang termasuk dalam sebuah
organisasi atau berbagai pihak dari luar organisasi.
4. Kolaborasi
maksudnya adalah kerja sama antara berbagai pihak yang akan terkena dampak
perubahan yang akan terjadi.
5. Teori
sebagai alat analisis maks`udnya adalah menggunakan pengertian yang disebutkan
secara tertulis lalu diterapkan sebagai alat analisis untuk mendapatkan suatu
hasil yang memuaskan dari suatu pengembangan organisasi.
6. Mengutamakan
potensi manusia maksudnya adalah mengandung nilai humanistik dimana
pengembangan potensi manusia menjadi bagian penting.
7. Interaksi
dan interpendensi maksudnya adalah menggunakan pendekatan komitmen sehingga
selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interpendensi antara
berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
8. Pendekatan
ilmiah maksudnya adalah menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan
aktivitas organisasi.
Analisis:
bahwa karakteristik dalam mengembangkan pengorganisasian Kelembagaan itu sangat
diperlukan,karena di dalam organisasi ada aturan-aturan yang ditetapkan bersama
dan tentu saja harus dengan penuh komitmen dalam menjalankannya, maka yang
namanya interaksi maupun komunikasi sangat di perlukan dalam suatu organisasi.
3.
Tipe
Dalam Pengorganisasian Kelembagaan
Ada sejumlah
perubahan yang dapat kita anggap sebagai perubahan yang direncanakan, dalam
arti bahwa mereka mencakup suatu upaya yang dilakukan secara sadar guna
mengubah mengubah aspek tertentu, dari bisnis tertentu. Paling sering kita
menemukan fakta bahwa hal tersebut disebabkan oleh karena adanya persepsi
tertentu tentang celah kinerja tertentu, relatif dibandingkan dengan persaingan
suatu perusahaan. Akibatnya adalah, bahwa perusahaan yang bersangkutan
memutuskan untuk merencanakan sebuah produk baru / sebuah jasa baru, atau
mungkin, merekayasa kembali (reengineering) proses dasar kita, dianggap perlu,
atau mungkin pula kita ingin mengintroduksi sebuah teknologi baru. Ada pihak
yang beranggapan bahwa proses perubahan yang direncanakan demikian, perlu
dilaksanakan secara berkelanjutan. Berikut ini disajikan sebuah tabel berisikan
aneka macam tipe perubahan pengorganisasian kelembagaan.[13]
Tabel:
Tipe dalam Pengorganisasian Kelembagaan
Perubahan Strategis
ü Postur pertumbuhan
ü Pendekatan berbalik arah
ü Penarikan diri (Rectrenchment)
ü Stabilitas
|
Perubahan Struktural
ü Reorganisasi fungsional
ü Mendatangkan hierarki
ü Struktur tim
ü Desentralisasi kekuasaan
|
Perubahan Teknologis
ü Otomasi proses
ü Networking
ü Memutakhirkan peranti keras
ü Aplikasi baru penanti lunak atau konvensi
|
Perubahan Manusia
ü Sikap atau isu-isu tentang komitmen
ü Dampak-dampak kinerja atau perbaikan-perbaikan
ü Inisiatif-inisiatif sehubungan dengan kualitas
kehidupan kerja
ü Redesain pekerjaan atau upaya-upaya motivasi
|
Sumber:
Tipe-tipe perubahan pengorganisasian kelembagaan (Lussier, 1997:248)
Pada gambar diatas
telah kita melihat adanya 4 kelompok perubahan penting, yakni:[14]
1. Tipe
Perubahan Strategik
Dalam praktik, terlihat
bahwa perusahaan-perusahaan sering kali mengubah tujuan-tujuan dan
taktik-taktik mereka. Adakalanya rencana-rencana tersebut merupakan sebuah
variasi tentang sebuah tema umum, yang dispesifikasi pada pernyataan tentang
misi korporasi, atau ditempat lain. Kiranya jelas, bahwa perubahan tingkat
strategik, merupakan sebuah pilihan penting untuk melaksanakan transformasi
keorganisasian.
2. Tipe
perubahan Teknologikal
Tipe perubahan ini juga
memiliki rentang luas, dari perubahan kecil (yang kurang berarti) hingga
perubahan yang bersifat kolosal. Biasanya orang awam, begitu mendengar istilah
perubahan teknologikal, langsung menghubungkannya dengan kegiatan
komputerisasi. Memang harus diakui, bahwa perubahan-perubahan yang ditimbulkan
oleh komputer sangat jauh. Register-register cash dewasa ini merupakan
terminal-terminal input, yang dikaitkan dengan sejumlah servers yang
menyediakan dan menghimpun informasi. Perubahan teknologikal merupakan salah
satu diantara cara-cara umum dengan apa organisasi-organisasi ditransformasi.
3. Tipe
perubahan Struktural
Ada macam-macam metode
untuk merestrukturisasi organisasi salah satu contohnya adalah tindakan untuk
mempertipis (flattening) sebuah perusahaan, guna mengurangi inefisiensi
birokratik, dan untuk merangsang inisiatif para karyawan. Tindakan reengineering
dan tindakan-tindakan downsizing juga merupakan pilihan-pilihan
untuk menyelenggarakan perubahan struktural.
4. Tipe
Perubahan Manusia
Jelas kiranya bahwa
rencana-rencana strategis, pada akhirnya perlu dilaksanakan oleh para karyawan.
Kita perlu berpikir melalui perubahan-perubahan yang berkaitan tentang manusia,
seperti halnya perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi atau bidang
lainnya. Berulang kali telah kita mendengar bahwa sering kali dihadapi
tantangan hebat terhadap perubahan, dari pihak karyawan (maupun dari pihak
manajer sendiri). Maka dengan demikian rencana-rencana untuk perubahan yang
berkaitan dengan manusia, perlu diintegrasi ke dalam strategi korporasi.
Analisis:
Keempat
macam tipe perubahan keorganisasian yang telah dibahas sangat berinterelasi
satu sama lainnya. Sebuah perubahan dalam bidang tertentu, dapat menimbulkan
perubahan pada bidang lain. Sering kali terlihat bahwa suatu perubahan
teknologikal dapat meluber ke bidang struktural. Dengan demikian berarti, bahwa
perubahan-perubahan jarang terwujud dalam wujud isolasi. Di samping itu perlu
diingatkan, bahwa perubahan dalam bidang tertentu, mengharuskan adanya
pemikiran, tentang bagaimana orang-orang akan dipengaruhi olehnya. Bahkan
perubahan-perubahan kecil dalam teknologi dapat menimbulkan perubahan-perubahan
yang berdampak besar atas manusia. [15]
4.
Asas-asas
Pengorganisasian Kelembagaan
Asas organisasi
merupakan prinsip organisasi yang dilaksanakan untuk mewujudkan organisasi yang efektif, efisien dan sesuai
dengan kebutuhan. Berbagai persoalan yang muncul dalam organisasi baik yang berasal
dari individu maupun hirarkhi organisasi memerlukan adanya asasasas organisasi
dalam praktek. Secara garis besar berbagai macam asas-asas organisasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :[16]
1. Asas
perumusan tujuan
Perumusan tujuan
organisasi (principle of organizational objective) harus jelas dan
rasional, apakah untuk mendapatkan laba (business organization) ataukah
untuk memberikan pelayanan publik (publicorganization). Kejelasan tujuan
merupakan bagian terpenting untuk menentukan struktur organisasi. Dalam
perumusan tujuan organisasi harus pula memperhatikan pada kesatuan tujuan (unity
of objective) yang ingin dicapai oleh tiap-tiap bagian dari organisasi
maupun oleh organisasi secara keseluruhan.
2. Asas
Kesatuan perintah
Asas kesatuan perintah
(principle of unity of command) mengandung makna bahwa pejabat dalam organisasi
hanya dapat diperintah dan bertanggung jawab kepada seorang pejabat atasannya,
sedangkan seorang atasan dapat memerintah beberapa bawahannya. Asas kesatuan
perintah disebut pula sebagai responsibility to one superior. Garis-garis
saluran perintah dan tanggung jawab harus jelas menunjukkan dari siapa pejabat
menerima perintah dan kepada siapa dia bertanggung jawab, sebaliknya harus
jelas pula kepada siapa dia melapor dan memperoleh laporan.
3. Asas
rentang kendali
Asas rentang kendali
atau kontrol (principle of the span of management) merupakan jumlah terbanyak
bawahan langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan tertentu.
Jumlah bawahan langsung ini tergantung pada kecakapan dan kemampuan pejabat
atasan yang bersangkutan. Asas rentang kendali disebut pula sebagai span of
authority, span of control atau span of supervision. Luas sempitnya rentang
kendali atasan terhadap bawahan langsung sangat ditentukan oleh faktor
subjektif yang melekat pada seseorang atasan, dan faktor objektif yang berada
di luar diri seseorang atasan yang merupakan corak dari organisasi
bersangkutan.
4. Asas
Pendelegasian
Asas pendelegasian
wewenang (principle of delegation of authority) merupakan pelimpahan wewenang
atau penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar
tanggung jawab dan tugasnya dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat satu
kepada pejabat yang lain. Menurut asas pelimpahan wewenang, pendelegasian
wewenang harus jelas dan efektif, sehingga yang memberi wewenang dan yang
diberi wewenang mengetahui wewenangnya masing-masing. Dalam pendelegasian
wewenang harus memperhatikan batas wewenang yang diberikan, adanya tanggung
jawab yang menyertai pelimpahan wewenang, adanya keseimbangan antara tugas,
tanggung jawab dan wewenang (parity of authority and responsibility) sehingga
wewenang yang didelegasikan tidak menuntut pertanggungjawaban yang lebih besar
dari wewenang tersebut dan sesuai dengan garis wewenang (line authority), serta
adanya pengontrolan dalam pelaksanaan tugas yang diberikan.
5. Asas
departemenisasi
Asas departemenisasi
(principle of departmentation) atau disebut pula dalam departmentalization,
atau divisionalization merupakan aktivitas untuk menyusun satuan-satuan organisasi
yang akan diserahi bidang kerja atau fungsi tertentu. Menurut asas ini
pengelompokan tugas, pekerjaan atau kegiatan yang sama ke dalam satu unit kerja
(departemen) hendaknya didasarkan pada keterkaitan dengan pekerjaan tersebut.
Asas departemenisasi harus memperhatikan satuan-satuan organisasi yang dikelompokkan
menurut pembagian fungsi umum dalam organisasi. Asas departemenisasi mencakup
pula penempatan personalia (personnel placement) pada setiap jabatan harus
mendasarkan atas kecakapan dan keahlian yang dimilikinya (the right men in the
right job) dengan memperhatikan job spesification dari jabatan yang akan diisi
6. Asas
Koordinasi
Asas koordinasi
(principle of coordination) merupakan tindak lanjut dari asas organisasi lain
yang dimaksudkan untuk dan mengintegrasikan segala tindakan supaya terarah
kepada sasaran yang ingin dicapai. Dalam organisasi harus ada keselarasan
aktivitas antar satuan organisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.
7. Asas
jenjang organisasi
Asas jenjang organisasi
(hierarchy) merupakan tingkat-tingkat satuan organisasi yang di dalamnya
terdapat pejabat, tugas serta wewenang tertentu menurut kedudukannya dari atas
ke bawah dalam fungsi tertentu. Asas ini disebut pula sebagai level of
management atau scalar principle. Asas jenjang organisasi mendasarkan pula pada
jenjang berangkai (scalar chain) yaitu adanya saluran perintah atau wewenang
dari atas ke bawah yang merupakan mata rantai vertikal yang jelas dan tidak
terputusputus serta menempuh jarak terpendek. Sebaliknya pertanggungjawaban
dari bawahan ke atasan juga melalui mata rantai vertikal yang jelas.
Garis-garis saluran pada jenjang organisasi dapat digunakan untuk hubungan
mendatar (horizontal), menegak (vertical) dan diagonal yaitu hubungan diagonal
ke bawah dan hubungan diagonal ke atas.
8. Asas
Kesinambungan
Asas kesinambungan (principle
of continuity) harus mengusahakan cara-cara untuk menjamin kelangsungan
hidup organisasi. Keberlangsungan organisasi sangat ditentukan oleh perubahan
yang terjadi dalam organisasi yang bersangkutan. Lingkungan sangat
memperngaruhi organisasi, karena organisasi dapat dipengarui dan atau
mempengaruhi lingkungan. Perubahan dalam organisasi dapat terjadi dalam diri
organisasi bersangkutan, sehingga fleksibilitas organisasi untuk menghadapi
perubahan
sangat penting
dilaksanakan tanpa mengurangi kelancaran aktivitas yang sedang berlangsung.
Sementara menurut Hadari Nawawi,
azas-azas dalam organisasi pendidikan adalah:[17]
1. Organisasi harus profesional,yaitu
dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
2. Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan
pembagian kerja. Pengelompokan beban tugas yang sejenis
harus dihubungkan dengan volume kerja.
3. Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab. Dengan demikian, pimpinan organisasi hanya
melakukan tugas yang penting saja, setiap anggota melaksanakan pekerjaanya
sesuai dengan beban tugas masing-masing.
4. Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol.
Rentangan kontrol ini dipengaruhi oleh jenis dan sifat pekerjaan, jarak antara
unit yang dikontrol, volume tugas dan stabilisasi organisasi.
5. Organisasi harus mengandung kesatuan perintah.
Kesatuan perintah ini harus jelas antara pimpinan organisasi dengan anggota
organisasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kerja.
6. Organisasi harus fleksibel dan seimbang. Bila
terjadi perubahan atau penambahan volume kerja maka struktur organisasi harus
disesuaikan dengan kebutuhan tersebut.
Analisis:asas
organisasi merupakan prinsip organisasi yang dilaksanakan untuk mewujudkan
organisasi yang efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan, jadi organisasi
harus profesional, organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab, organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol, organisasi harus mengandung
kesatuan perintah dan organisasi harus fleksibel dan seimbang.
5.
Pengorganisasian
Kelembagaan
Pengorganisasian
(organizing) adalah merupakan proses pembentukan wadah / sistem dan
penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.[18]
Menurut Winardi Pengorganisasian adalah mengandung makna bahwa para manajer
mengoordinasi sumber-sumber daya manusia dan sumber-sumber daya material yang
tersedia pada mereka pada organisasi di mana mereka bergerak, untuk di arahkan
ke arah pencapaian tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang dirumuskan dalam
rencana atau perencanaan yang ada, koordinasi baik, membantu pencapaian
efektifitas organisasi yang bersangkutan.[19]
Kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan
antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat
menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi yang diwadahi
dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas
dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal untuk
pengendalian prilaku sosial serta insentif untuk bekerjasama dan mencapai
tujuan bersama.
C. KESIMPULAN
Dalam pendekatan
pengorganisasian Kelembagaan dapat dikelompokkan dalam pendekatan klasik,
pendekatan neo klasik, pendekatan modern dan pendekatan post modern. 4
Karakteristik utamadalamsebuah keorganisasian kelembagaan yaitu tujuan,
kumpulan orang, struktur, sistem prosedur. Kemudian dalam pengorganisasian
kelembagaan ada tipe-tipe yang harus dipahami, yaitu tipe perubahan strategik,
tipe perubahan teknologikal, tipe perubahan struktural, dan tipe perubahan
manusia.
Asas-asas
dalam pengorganisasian kelembagaan yaitu Asas perumusan tujuan, Asas Kesatuan
perintah, Asas rentang kendali, Asas Pendelegasian, Asas departemenisasi, Asas
Koordinasi, Asas jenjang organisasi, Asas Kesinambungan. Menurut Hadari Nawawi
asas-asas organisasi yaitu Organisasi harus profesional, Pengelompokan satuan
kerja harus menggambarkan pembagian kerja, Organisasi harus mengatur pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab, Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol,
Organisasi harus mengandung kesatuan perintah, Organisasi harus fleksibel dan
seimbang.
Pengorganisasian
adalah mengandung makna bahwa para manajer mengoordinasi sumber-sumber daya
manusia dan sumber-sumber daya material yang tersedia pada mereka pada
organisasi di mana mereka bergerak, untuk di arahkan ke arah pencapaian
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang dirumuskan dalam rencana atau
perencanaan yang ada, koordinasi baik, membantu pencapaian efektifitas
organisasi yang bersangkutan. Kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat
atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan
antar manusia atau antara organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau
jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma,
kode etik aturan formalmaupun informal untuk pengendalian prilaku sosial serta
insentif untuk bekerjasama dan mencapai tujuan bersama.
DAFTAR
RUJUKAN
Danim,
Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kurniadin, Didin
& Machali, Imam. Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan.
Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Mulyono.2008. Manajemen
Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruuz Media.
Rohiat. 2010.
Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika
Aditama.
Suryosubroto,
B .2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wibowo.
2008.Manajemen Perubahan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Winardi J. 2004.Manajemen Perilaku
Organisasi. Jakarta : Prenada Media.
Winardi. J. 2006. Manajemen
Perubahan (Management of Change), Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
http://muhammadsyidiq.wordpress.com/.../gambaran-umum. di akses
Jumat 29 0ktober 2013. Pukul 10.40 wib.
www.Karakteristik
Pengembangan Organisasi ~ Mega's Blog.
di akses Jumat 29 0ktober 2013.
Pukul 10.30 wib.
[1]Mulyono.2008.
Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruuz
Media. Hal 71
[2]Winardi J. 2004.Manajemen
Perilaku Organisasi. Jakarta : Prenada Media. Hal 75
[9]Danim, Sudarwan.
2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara, ha,l 121
[10]www.Karakteristik
Pengembangan Organisasi ~ Mega's Blog. Diambil Jumat 29 0ktober 2013. Pukul 10.30 wib.
[11]http://muhammadsyidiq.wordpress.com/.../gambaran-umum...diambil jumat 29
0ktober 2013. Pukul 10.40 wib.
[12]Suryosubroto, B
.2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal
140
[13]Winardi. J. 2006.
Manajemen Perubahan (Management of Change), Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Hal 92
[14]Wibowo. 2008.Manajemen
Perubahan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 346
[16]Malayu SP
Hasibuan. 2001. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas.Bumi
Aksara. Jakarta. Hal
85.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar